Tampilkan postingan dengan label Budaya: Makanan dan Kuliner Tradisional. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Budaya: Makanan dan Kuliner Tradisional. Tampilkan semua postingan

Kakicak Hijau Bahinti: Kuliner Khas Banjar, Kalimantan Selatan

Halo para pembaca Inkarnasi Kata, dalam artikel kali ini kami akan mempersembahkan informasi tentang kuliner tradisional yang berasal dari Banjar, Kalimantan Selatan. Kuliner yang akan kami bahas kali ini adalah kakicak hijau bahinti. Mari kita lanjutkan untuk mengetahui lebih banyak tentang hidangan lezat ini.

Kakicak hijau bahinti, makanan khas Banjar, Kalimantan Selatan. (sumber: www.wikipedia.com)

Kakicak hijau bahinti adalah sejenis kue khas yang berasal dari daerah Banjar, Kalimantan Selatan. Hidangan ini merupakan variasi dari kue kakicak hijau yang sudah ada sebelumnya. Kakicak hijau bahinti terbuat dari bahan-bahan seperti tepung, ketan, air, kapur, garam, daun pandan atau suji, dan kelapa parut yang digunakan sebagai inti.

Yang membedakan kakicak hijau bahinti dari kakicak hijau biasa adalah cara penyajiannya. Pada kakicak hijau bahinti, inti kue tidak dicampurkan ke dalam adonan seperti pada klepon, melainkan diletakkan di bagian atas kue. Penempatan inti ini memiliki makna simbolis, yang menggambarkan bahwa inti kue sebagai elemen utama harus berada di depan, berperan sebagai pelindung atau pemimpin yang melindungi dan mengayomi bagian lain dari kelompok.

Kakicak hijau bahinti memiliki warna hijau, yang dalam budaya masyarakat Banjar melambangkan kedekatan dengan alam. Selain itu, sebagai masyarakat yang beragama Islam, masyarakat Banjar juga meyakini bahwa warna hijau adalah warna yang disukai oleh Nabi Muhammad, S.A.W.

Demikianlah informasi singkat mengenai kakicak hijau bahinti, salah satu kuliner tradisional yang berasal dari Banjar, Kalimantan Selatan. Jika Anda ingin mencoba hidangan lezat ini, Anda dapat mengunjungi penjual kakicak hijau bahinti di daerah Anda, atau jika tidak tersedia, Anda dapat mencari berbagai resep kakicak hijau bahinti dan mencoba membuatnya sendiri.

Terima kasih telah membaca artikel kuliner tradisional kali ini. Sampai jumpa pada artikel kuliner selanjutnya!

Share:

Hehancang Tehung: Salah Satu Primadonanya Masakan Khas Lahat

Editor oleh: Muhammad Dafa

Jika kita berkunjung ke daerah Lahat, ada sebuah menu yang sangat sulit untuk ditemui di berbagai rumah makan. Pasalnya, bagi masyarakat Lahat hidangan ini dijadikan sebagai santapan harian yang sudah diolah secara turun-temurun. Resep yang digunakan merupakan resep warisan nenek moyang sehingga rasanya dijamin autentik dan memiliki ciri khas tersendiri.

Salah satu makanan khas Kabupaten Lahat yang menjadi primadonanya selain gulai ayam nanas adalah hehancang tehung. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia memiliki arti masakan terung. Selain sering disajikan sebagai hidangan sehari-hari di rumah masyarakat Lahat, hidangan ini juga sering hadir saat acara perayaan besar dan juga masakan untuk jamuan menyambut tamu.

Untuk membuat hehancang tehung sangatlah mudah, bahan baku utama pembuatan hehancang tehung adalah terung bulat yang diracik dengan bumbu yang khas, untuk menambah kenikmatannya hehancang tehung dicampur dengan jamur tiram dan ikan asap. Hehancang tehung akan terasa lebih nikmat jika dinikmati dengan nasi putih hangat, ikan asin, dan sambal terasi. Kuahnya yang tidak terlalu pedas dan segar membuat berkeringat saat menyatapnya bersama keluarga tercinta.


Ditulis oleh: Ihsan Saputra
Guna keperluan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia/UNIKA Musi Charitas/Ibu Maulina Juherni, M. Pd.
Share:

Hidangan Manis dan Rumit: Dodol Betawi, Kuliner Tradisional Jakarta

Halo para pembaca Inkarnasi Kata, dalam artikel ini kami akan membahas kuliner tradisional yang berasal dari DKI Jakarta. Kuliner yang akan kami bahas kali ini adalah dodol Betawi. Ayo kita eksplorasi lebih lanjut tentang hidangan yang satu ini.

Dodol Betawi, makanan khas DKI Jakarta. (sumber: www.klasika.kompas.id)

Dodol Betawi merupakan salah satu jenis dodol yang berasal dari suku Betawi. Dodol Betawi biasanya berwarna coklat kehitaman dan memiliki variasi rasa yang lebih sederhana dibandingkan dengan dodol dari daerah lain. Rasa dodol Betawi terdiri dari ketan putih, ketan hitam, dan durian. Proses pembuatan dodol Betawi sangat rumit, mengharuskan bahan baku seperti ketan, gula merah, gula pasir, dan santan dimasak di atas tungku dengan menggunakan kayu bakar selama 8 jam.

Dodol Betawi umumnya dihasilkan sebagai hidangan istimewa untuk acara-acara seperti pesta, bulan Ramadan, Idul Fitri, atau Idul Adha. Terutama menjelang hari raya, dodol Betawi menjadi sangat populer dan laris terjual. Namun, karena proses pembuatannya yang rumit, hanya sedikit orang yang memiliki keahlian dalam membuat dodol Betawi.

Di Jakarta dan sekitarnya, masih ada beberapa daerah yang memproduksi dodol Betawi, terutama di komunitas-komunitas warga Betawi seperti di Condet, Jakarta Timur, Bogor, dan Bekasi. Selain warga Betawi, dodol Betawi juga diproduksi oleh komunitas Tionghoa.

Proses Pembuatan

Proses pembuatan dodol Betawi memang tidaklah mudah, oleh karena itu, warga biasanya menerapkan prinsip saling membantu, atau yang disebut sebagai "sambatan," agar dodol dapat dibuat dengan baik. Bahan-bahan utama yang digunakan meliputi ketan, gula merah, gula pasir, dan santan kelapa tua. Penggunaan bahan-bahan berkualitas tinggi sangat penting untuk menghasilkan dodol yang lezat dan tahan lama.

Proses dimulai dengan wanita yang menyiapkan bahan-bahan, seperti memarut kelapa yang sudah dikupas oleh pria untuk mendapatkan santan, serta menumbuk beras ketan untuk membuat tepung. Semua campuran bahan tersebut kemudian dituangkan ke dalam kawa, yaitu penggorengan besar. Ketika dodol mulai mengental, tugas mengaduk biasanya dilanjutkan oleh pria, yang dikenal sebagai "tukang ngaduk." Proses mengaduk (ngaduk) memakan waktu yang lama, sekitar 8-12 jam, tanpa henti, dan menggunakan alat pengaduk khusus yang disebut "gelo."

Selama proses memasak, bahan bakar yang digunakan adalah kayu bakar, dan api harus dijaga agar tidak terlalu panas atau mengeluarkan banyak asap. Api yang terlalu besar dapat membuat dodol gosong dan tidak matang dengan merata. Asap juga harus dihindari karena dapat meresap ke dalam dodol dan mengganggu rasanya.

Setelah dodol matang, hidangan ini dituangkan ke dalam nampan atau tampah untuk didinginkan. Tugas terakhir dilakukan oleh wanita, yaitu memotong dodol menjadi potongan-potongan kecil dan membungkusnya.

Demikianlah informasi singkat mengenai dodol Betawi, salah satu kuliner tradisional yang berasal dari DKI Jakarta. Jika Anda ingin mencicipi dodol Betawi, Anda dapat mengunjungi para penjual dodol Betawi di daerah Anda. Jika tidak tersedia, Anda juga bisa mencari berbagai resep dodol Betawi dan mencoba membuatnya sendiri. Sampai jumpa di artikel kuliner selanjutnya.

Share:

Hidangan Iga Lezat: Mengenal Lebih Jauh Soto Tangkar Khas Betawi

Halo para pembaca Inkarnasi Kata, pada artikel ini kami akan menghadirkan informasi tentang kuliner tradisional yang berasal dari DKI Jakarta. Kuliner yang akan kami bahas kali ini adalah soto tangkar. Mari kita simak lebih lanjut mengenai hidangan yang satu ini.

Soto tangkar, makanan khas DKI Jakarta. (sumber: www.harianresep.com)

Soto tangkar adalah hidangan khas Betawi yang mengambil namanya dari kata "tangkar," yang merupakan sebutan tradisional untuk iga sapi dalam bahasa Betawi pada masa penjajahan Belanda, dan istilah ini masih digunakan hingga sekarang, meskipun sudah jarang dikenal oleh generasi muda saat ini.

Sejarah

Pada masa penjajahan Belanda, terdapat praktik di mana para meneer Belanda sering mengadakan pesta dengan mengorbankan sapi untuk konsumsi. Dalam hal ini, mereka akan menyisihkan beberapa bagian sapi, termasuk kepala, bagian dalam seperti paru-paru dan usus, babat, dan iga, untuk diberikan kepada para pekerja. Para pekerja kemudian mengolah berbagai bagian tersebut menjadi beragam hidangan, dan salah satu bagian yang diolah dengan cara khas adalah iga.

Proses pengolahan iga dimulai dengan merebus atau memasaknya selama sekitar dua jam. Kemudian, berbagai bumbu dan rempah-rempah seperti kunyit, lada, daun sereh, daun salam, serta santan kelapa ditambahkan ke dalam proses ini. Hasil dari pengolahan ini adalah hidangan berkuah yang dikenal sebagai "soto tangkar."

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Betawi hanya mampu membeli potongan iga tangkar dengan sedikit daging, karena bagian daging sapi lainnya telah diambil oleh masyarakat penjajah Belanda.

Halo para pembaca Inkarnasi Kata, dalam artikel ini kami telah menyajikan informasi tentang kuliner tradisional dari DKI Jakarta, yaitu soto tangkar. Jika Anda tertarik mencicipi soto tangkar, Anda bisa mengunjungi para penjual soto tangkar di daerah Anda, atau jika tidak tersedia, Anda dapat mencari berbagai resep soto tangkar dan mencoba membuatnya sendiri. Sampai jumpa di artikel kuliner selanjutnya.

Share:

Menjelajahi Kelezatan Lontong Sayur, Kuliner Tradisional dari Sumatera Barat

Halo para pembaca Inkarnasi Kata, dalam artikel ini kami akan memberikan informasi tentang kuliner tradisional yang berasal dari Sumatera Barat. Kuliner yang akan kami bahas kali ini adalah lontong sayur. Ayo kita jelajahi lebih dalam tentang hidangan yang satu ini.

Lontong sayur, makanan khas Sumatera Barat. (sumber: Instagram/Norita Foods)

Lontong gulai atau lontong sayur adalah makanan khas Indonesia yang berasal dari daerah Minangkabau, Sumatra Barat. Salah satu ciri khas lontong ini adalah kuah santan yang kaya akan bumbu rempah, yang merupakan salah satu ciri khas masakan Minang. Beberapa variasi lontong gulai yang populer meliputi lontong gulai paku, lontong gulai tauco, dan lontong gulai cubadak. Hidangan ini sering disajikan bersama telur bulat, mie goreng, dan kerupuk merah. Bahkan saat ini, dalam hidangan lontong sayur, juga ditambahkan tunjang sebagai pelengkap. Biasanya, lontong sayur menjadi pilihan sarapan pagi bagi penduduk Sumatera Barat.

Halo para pembaca Inkarnasi Kata, dalam artikel ini kami telah membagikan informasi tentang kuliner tradisional dari Sumatera Barat, yaitu lontong sayur. Jika Anda tertarik mencicipi lontong sayur, Anda bisa mengunjungi penjual lontong sayur di daerah Anda, atau jika tidak tersedia, Anda dapat mencari berbagai resep lontong sayur dan mencoba membuatnya sendiri. Sampai jumpa di artikel kuliner selanjutnya.

Share:

Tape Uli: Kuliner Tradisional Manis dari DKI Jakarta

Halo para pembaca Inkarnasi Kata, dalam artikel ini kami akan menghadirkan informasi tentang kuliner tradisional yang berasal dari DKI Jakarta. Kuliner yang akan kami bahas kali ini adalah tape uli. Mari kita simak lebih lanjut mengenai hidangan yang satu ini.

Tape uli, makanan khas DKI Jakarta. (sumber: www.endeus.tv)

Kuliner Betawi memiliki reputasi yang kaya akan keragaman dan sejarah panjangnya. Ini dikarenakan oleh proses akulturasi budaya antara suku Betawi dengan berbagai etnis dari Indonesia, Asia, dan Eropa, yang berkontribusi dalam pembentukan berbagai hidangan khas Betawi, termasuk tape uli atau yang biasa dikenal sebagai tape uli oleh orang Betawi.

Tape uli adalah salah satu makanan tradisional asli Betawi yang telah memiliki sejarah panjang. Hidangan ini, yang terbuat dari fermentasi singkong, sudah dikenal sejak tahun 1957 silam, bahkan mungkin lebih lama. Salah satu variasinya dikenal dengan nama tape uli Cisalak.

Hingga saat ini, tape uli masih sering dihidangkan dalam berbagai acara besar yang melambangkan kebersamaan, seperti perayaan Idulfitri, Iduladha, dan Maulid. Makanan manis ini juga sering dianggap setara dengan berbagai jenis kudapan manis lainnya, seperti madu mongso, tape ketan, dan lain sebagainya.

Sisi Romantis

Penyajian tape uli tidak hanya tentang hasil akhirnya, melainkan juga mencakup unsur kebersamaan dan romantisme dalam proses pembuatannya. Aspek ini terlihat dari tahapan pembuatan tape uli yang melibatkan peran perempuan dan laki-laki.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Alim Molana, seorang tokoh masyarakat di Warung Buncit, Jakarta Selatan, dalam proses pembuatan tape uli, tugas kaum pria adalah untuk menumbuk ketan, sementara perempuan memiliki peran penting dalam proses memasak tape uli. 

Proses pembuatan yang sangat romantis ini, demikian yang ditegaskan oleh Alim, telah ada sejak masa kejayaan Majapahit. Tingginya kandungan gluten dalam ketan menjadikan tape uli memiliki sifat lengket, yang pada gilirannya mencerminkan kedekatan antara para pembuat dan para konsumennya dalam berbagai perayaan besar.

Membuat tape uli memerlukan sentuhan lembut, dan aspek kebersihan baik pada bahan maupun tempat penyimpanannya menjadi sangat penting. Menurut Alim, ini termasuk dalam aturan-aturan khusus dalam proses pembuatan tape uli, dan jika diabaikan, dapat mengakibatkan kegagalan total ketika hidangan ini disajikan.

Proses Pembuatan

Bahan utama dari tape uli adalah tape ketan, ragi tape, kelapa parut segar, beras ketan putih, dan garam. Seperti yang disebutkan oleh Alim, pembuatan tape uli adalah sebuah proses yang tidak mudah. Diperlukan tingkat ketelatenan dan kesabaran yang tinggi, terutama dalam proses mengukus ketan.

Pertama-tama, langkah awal adalah merendam beras ketan yang sudah dibersihkan selama 2 hingga 6 jam. Setelah direndam, beras ketan ditiriskan dan kemudian dikukus sampai matang. Setelah itu, ketan yang sudah matang langsung dipindahkan ke dalam sebuah wadah dan ditabur dengan kelapa parut segar dan garam. Lalu, aduk-aduk hingga merata.

Tak lupa, persiapkan juga ragi dan tumbuk hingga halus. Tingkat kelembutan dari tape uli bisa diatur dengan cara mengatur tingkat kehalusan ragi yang digunakan dalam proses ini.

Selanjutnya, ragi yang sudah dihaluskan ditaburkan pada ketan yang sudah dingin. Ketan kemudian dimasukkan secara perlahan ke dalam wadah sambil ditaburi ragi. Proses pembuatan ketan diakhiri dengan membungkus tape uli.

Jika Anda ingin menciptakan tape uli dengan rasa yang begitu lezat dan memikat lidah, ada baiknya mencoba menggunakan jenis ketan yang berbeda untuk tape dan uli. Untuk tape, gunakan ketan solos, sementara untuk uli, ketan paris adalah pilihannya yang tepat.

Selain itu, perhatikan juga perpaduan rasa asam, manis, dan gurih. Pastikan bahwa takaran ketiga elemen ini seimbang dan sesuai satu sama lain. Kecil atau besarnya perbedaan takaran dapat berakibat pada kegagalan rasa tape uli yang dihasilkan.

Demikianlah ringkasan tentang tape uli, salah satu kuliner yang berasal dari DKI Jakarta. Jika Anda ingin mencoba tape uli, Anda dapat mengunjungi penjual tape uli di daerah Anda, atau jika tidak tersedia, Anda bisa mencari berbagai resep tape uli dan mencoba membuatnya sendiri. Sampai jumpa di artikel kuliner selanjutnya.

Share:

Roti Buaya: Lambang Kesetiaan dan Kenikmatan dari DKI Jakarta

Halo para pembaca Inkarnasi Kata, dalam artikel kali ini kami akan mengulas kuliner tradisional yang berasal dari DKI Jakarta, yaitu roti buaya. Mari kita jelajahi lebih lanjut mengenai hidangan yang satu ini.

Roti buaya, makanan khas DKI Jakarta. (sumber: www.lifestyle.okezone.com)

Roti buaya merupakan sajian khas dari budaya Betawi yang berupa roti manis berbentuk seperti buaya. Hidangan ini selalu menjadi bagian dari perayaan pernikahan dan acara kenduri tradisional masyarakat Betawi.

Makna

Dalam budaya Betawi, terdapat keyakinan bahwa buaya hanya melakukan perkawinan sekali seumur hidup dengan pasangannya. Oleh karena itu, roti buaya dianggap sebagai lambang kesetiaan dalam perkawinan. Pada acara pernikahan, roti ini biasanya diletakkan di sisi mempelai perempuan, dan kondisinya melambangkan karakter dan sifat mempelai laki-laki. Secara tradisional, buaya dianggap sebagai makhluk yang sabar dalam menunggu mangsa, sehingga juga melambangkan kemapanan.

Namun, dalam konteks budaya modern, makna buaya dapat berubah menjadi negatif, seperti buaya judi, buaya minum (pemabuk), dan buaya darat (orang yang sering bergonta-ganti pasangan).

Demikianlah rangkuman tentang roti buaya, hidangan khas DKI Jakarta. Bagi yang ingin mencicipi roti buaya, Anda dapat mencarinya di penjual-penjual terdekat di daerah Anda, atau jika tidak tersedia, Anda bisa mencari berbagai resep roti buaya dan mencoba membuatnya sendiri di rumah. Ini adalah akhir dari artikel kuliner tradisional kali ini. Sampai jumpa pada artikel kuliner selanjutnya!

Share:

Soto Betawi: Kelezatan Kuliner Tradisional Jakarta

Halo para pembaca Inkarnasi Kata, dalam artikel ini kami akan mengulas kuliner tradisional yang berasal dari DKI Jakarta, yaitu soto Betawi. Mari kita eksplorasi lebih lanjut mengenai hidangan yang satu ini.

Soto Betawi, makanan khas DKI Jakarta. (sumber: Instagram/auntiemainstream)

Soto Betawi adalah varian soto khas yang berasal dari wilayah DKI Jakarta. Seperti halnya dengan soto pada umumnya, soto Betawi juga mengandalkan penggunaan jeroan dalam komposisinya. Selain jeroan, soto Betawi seringkali mengandung berbagai bagian lain seperti babat, kikil, terpedo, dan bahan-bahan lainnya. Daging sapi juga kerap menjadi salah satu bahan tambahan yang digunakan dalam penyajiannya.

Keunikan dari soto Betawi terletak pada kuahnya yang terbuat dari campuran santan dan susu. Kombinasi dua bahan ini memberikan cita rasa yang khas dan lezat pada soto Betawi.

Istilah "soto Betawi" pertama kali muncul dalam dunia kuliner Indonesia sekitar tahun 1977-1978. Namun, sebelumnya, soto jenis lain juga sudah ada. Penjual soto yang pertama kali menggunakan istilah "soto Betawi" adalah Lie Boen Po, yang berjualan di THR Lokasari/Prinsen Park. Setiap penjual soto pada masa itu biasanya dikenal dengan sebutan soto kaki Pak "X" atau sebutan khas lainnya. 

Namun, istilah "soto Betawi" menjadi populer dan dikenal secara luas ketika penjual soto tersebut tutup sekitar tahun 1991. Sejak itu, soto Betawi menjadi salah satu kuliner yang terkenal di Jakarta dan di berbagai kota lain di Indonesia.

Demikianlah rangkuman tentang soto Betawi, hidangan khas DKI Jakarta. Bagi yang ingin mencicipi soto Betawi, Anda dapat mencarinya di penjual-penjual terdekat di daerah Anda, atau jika tidak tersedia, Anda bisa mencari berbagai resep soto Betawi dan mencoba membuatnya sendiri di rumah. Ini adalah akhir dari artikel kuliner tradisional kali ini. Sampai jumpa pada artikel kuliner selanjutnya!

Share:

Kakulih Hijau: Kuliner Khas Kalimantan Selatan yang Menggugah Selera

Halo para pembaca Inkarnasi Kata, dalam artikel ini kami akan membahas kuliner tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan, yaitu kakulih hijau. Mari kita lanjutkan untuk mengetahui lebih banyak tentang hidangan istimewa ini.

Kakulih hijau atau kukulih merupakan kudapan khas dari Banjar, Kalimantan Selatan. Kudapan lezat ini terbuat dari campuran tepung beras, santan kelapa, sedikit air kapur, sedikit garam, dan daun pandan. Kakulih memiliki kemiripan dengan bubur sum-sum, meskipun teksturnya lebih padat karena menggunakan campuran air kapur yang tidak biasa digunakan dalam bubur sum-sum.

Tradisionalnya, kakulih hijau sering muncul dalam acara-acara adat masyarakat Banjar, seperti pernikahan. Selain itu, makanan ini juga menjadi menu populer saat bulan Ramadan, sering kali menjadi pilihan untuk berbuka puasa karena mampu menghilangkan lapar dan memberikan energi.

Anda dapat menemui kakulih hijau di pedagang kaki lima, pasar tradisional, atau toko kue. Untuk membuatnya, daun pandan dihancurkan dan airnya diperas. Tepung beras kemudian dicampur dengan air hangat dan diaduk hingga larut. Air perasan daun pandan, sedikit garam, dan sedikit air kapur dicampur ke dalam larutan tepung hingga semua bahan merata. Air santan cair dipanaskan dan dituangkan ke dalam adonan sambil diaduk perlahan hingga matang. Kakulih kemudian dinginkan bersama kuah yang terbuat dari campuran air gula merah, santan, dan sedikit garam.

Demikianlah rangkuman informasi tentang kakulih hijau, salah satu kuliner khas Kalimantan Selatan. Jika Anda tertarik untuk mencicipi kakulih hijau, Anda dapat mencarinya di penjual-penjual terdekat di daerah Anda, atau jika tidak tersedia, Anda bisa mencari berbagai resep kakulih hijau dan mencoba membuatnya sendiri di rumah. Ini merupakan akhir dari artikel tentang kuliner tradisional kali ini. Sampai jumpa pada artikel kuliner selanjutnya!

Share:

Kelezatan Ipau: Kuliner Tradisional Khas Kalimantan Selatan

Halo para pembaca Inkarnasi Kata, dalam artikel kali ini kami akan membahas kuliner tradisional dari Kalimantan Selatan yang dikenal sebagai ipau. Mari kita eksplorasi lebih lanjut tentang hidangan yang satu ini.

Kue ipau, makanan khas Kalimantan Selatan. (sumber: www.cookpad.com)

Ipau merupakan hidangan khas dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, yang telah diresmikan melalui SK Walikota nomor 811/2017. Kue ipau memiliki ciri khas berwarna putih, berbentuk bulat, dan dilapisi dengan taburan daging di lapisan atasnya, serta memiliki tekstur yang lembut. Hidangan ini terkenal sebagai kue tradisional yang diproduksi oleh warga keturunan Arab, khususnya yang berasal dari Kelurahan Antasan Kecil Barat, Banjarmasin Tengah, atau di sekitar Kampung Arab Banjarmasin.

Ada dua varian kue ipau, yaitu yang disajikan dalam kondisi kering dan yang dalam keadaan basah akibat siraman kuah santan. Kue ini menggabungkan cita rasa manis dan gurih, berkat kuah santan dan taburan daging sapi di atasnya. Tampilan kue ipau secara sekilas mirip dengan lasagna, dengan banyak lapisan yang berisi daging di setiap lapisannya.

Kue ipau biasanya tersedia selama bulan Ramadan dan sering dijadikan salah satu takjil untuk berbuka puasa. Kue ini dapat dibeli dalam bentuk loyang atau potongan kecil, sesuai dengan preferensi pembeli.

Demikianlah penjelasan singkat mengenai ipau, sebuah hidangan khas dari Kalimantan Selatan. Bagi yang ingin mencicipi ipau, Anda dapat mengunjungi penjual-penjualnya di daerah Anda, atau jika tidak tersedia, Anda bisa mencari berbagai resep ipau dan mencoba membuatnya sendiri di rumah. Itulah rangkuman artikel tentang kuliner tradisional kali ini. Sampai jumpa pada artikel kuliner selanjutnya!

Share:

Kelezatan Sari Pengantin: Kuliner Tradisional Khas Kalimantan Selatan

Halo para pembaca Inkarnasi Kata, pada artikel kali ini kami akan menyajikan informasi tentang kuliner tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan. Kuliner yang akan kami bagikan kali ini adalah sari pengantin. Yuk kita simak mengenai kuliner ini.

Kue sari pengantin. (sumber: Instagram/dapoernya_aidaaa)

Sari pengantin, atau sering disebut sari pangantin, adalah sejenis kue tradisional yang bermula dari masyarakat suku Banjar di Kalimantan Selatan, serta memiliki keberadaan di daerah lain, seperti Kalimantan Timur. Ciri khas dari kue ini adalah tampilannya yang mirip dengan kue talam, walaupun perbedaannya terletak pada strukturnya yang terdiri dari tiga lapis berwarna-warni. Kue sari pengantin ini terbuat dari adonan tepung beras yang kemudian dikukus.

Biasanya, Anda dapat menemui kue sari pengantin saat bulan Ramadan, di mana kue ini menjadi salah satu takjil yang populer untuk berbuka puasa. Selain itu, kue ini juga sering dihidangkan dalam acara pernikahan.

Kue sari pengantin dan berbagai jenis kue basah tradisional Banjar sering disebut dengan sebutan wadai ceper atau wadai bekarat. Hal ini dikarenakan kue-kue tersebut umumnya dijual dan disajikan dalam ceper atau loyang besar, dan kemudian diiris atau dikarat-karatkan sesuai dengan selera pembeli.

Sejarah

Pada masa lalu, Sari pengantin hanya tersedia untuk kalangan elit dan bangsawan, namun sekarang telah menjadi makanan yang dapat dinikmati oleh siapa saja. Nama kue ini berasal dari kemiripan warnanya dengan pakaian tradisional pernikahan suku Banjar, yang dominan berwarna kuning dan hijau. Kue ini dikenal karena rasa manis dan gurih yang khas.

Pembuatan

Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan kue ini mencakup tepung beras, gula, garam, vanili, air daun suji, pewarna kuning, merah muda, dan telur. Dalam proses pembuatannya, perlu memperhatikan urutan penggunaan santan, dengan santan panas dimasukkan setelah adonan diaduk hingga merata, dan selanjutnya baru santan dingin ditambahkan. 

Tahap selanjutnya adalah mencampurkan telur ke dalam adonan, dengan jumlah 17 butir telur untuk satu loyang kue, yang biasanya dimasukkan ke dalam adonan berwarna kuning. Setelah tahap pencampuran selesai, adonan siap untuk dikukus secara bergantian.

Demikianlah informasi singkat tentang Sari pengantin, salah satu kuliner khas dari Kalimantan Selatan. Jika Anda ingin mencicipi Sari pengantin, Anda dapat mengunjungi penjualnya di daerah Anda, atau jika tidak tersedia, Anda dapat mencari berbagai resep Sari pengantin dan mencobanya sendiri di rumah. Itu dia artikel singkat tentang kuliner tradisional kali ini. Sampai jumpa di artikel kuliner selanjutnya!

Share:

Sarimuka: Kelezatan Berdua di Setiap Gigitannya

Dalam artikel ini, kami akan membahas sebuah kuliner tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan, yaitu sarimuka. Mari kita telusuri lebih lanjut mengenai kelezatan hidangan ini.

Kue sarimuka, makanan khas Kalimantan Selatan. (sumber: www.sajiansedap.grid.id)

Sarimuka merupakan salah satu varian kue jajanan tradisional yang terkenal, terbuat dari lapisan beras di bagian bawahnya dan adonan santan di bagian atasnya, berasal dari Kalimantan Selatan. Meskipun biasanya menggunakan beras, bagian bawah kue ini juga dapat dibuat dengan ketan.

Keunikan dari kue sarimuka terletak pada perpaduan rasa yang unik: bagian atasnya memiliki tekstur lembut dan rasa manis, sementara bagian bawahnya terasa tawar dan agak kasar. Selain populer di Kalimantan Selatan, kue ini juga ditemukan dengan nama yang sama di daerah lain seperti Lombok, Nusa Tenggara Barat, dan Tembilahan, Riau.

Biasanya, sarimuka hanya tersedia selama bulan puasa dan dijajakan di pasar wadai. Di zaman sekarang, tampilan kue sarimuka sering dihias dengan berbagai warna yang menarik untuk menarik perhatian pembeli.

Terima kasih telah membaca artikel ini tentang sarimuka, salah satu hidangan tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan. Jika Anda ingin mencicipi sarimuka, Anda dapat mengunjungi penjual sarimuka di daerah Anda, atau jika tidak tersedia, Anda dapat mencari berbagai resep sarimuka dan mencoba membuatnya sendiri. Sampai jumpa di artikel kuliner berikutnya!

Share:

Menikmati Kelezatan Lapis Pati Bodin: Kuliner Tradisional dari Jepara, Jawa Tengah

Pada artikel kali ini, kami akan membahas kuliner tradisional yang berasal dari Jepara, Jawa Tengah. Kuliner yang akan menjadi fokus pembahasan kami adalah lapis pati bodin Jepara. Mari kita eksplorasi lebih lanjut mengenai hidangan ini.

Kue lapis pati bodin, makanan khas Jepara. (sumber: www.sajiansedap.grid.id)

Lapis pati bodin, hidangan tradisional asli dari Jepara, Jawa Tengah, menjadi pusat perhatian dalam artikel ini. Kue ini memiliki karakteristik khusus yang harus diperhatikan saat disajikan. Potongan-potongan lapis pati bodin Jepara harus benar-benar dingin saat dipotong, karena jika tidak, kue ini dapat menjadi rusak.

Untuk membuat kue ini, Anda akan memerlukan santan, tepung kanji, tepung beras, gula pasir, garam, air daun suji, dan pewarna makanan merah. Proses pembuatan dimulai dengan merebus santan hingga mendidih, lalu menambahkan tepung kanji, tepung beras, gula, dan garam ke dalamnya. Campuran ini kemudian didiamkan hingga suhunya turun. Adonan kemudian dibagi menjadi tiga bagian: satu bagian diberi air daun suji untuk memberikan warna hijau, sementara adonan lainnya tetap putih. Adonan ketiga diberi pewarna merah.

Kemudian, adonan dikukus dalam loyang yang telah diolesi dengan minyak goreng dan dilapisi plastik. Pembentukan lapisan pada kue dilakukan secara bertahap dengan menuang adonan hijau dan putih secara bergantian. Adonan berwarna merah dituangkan paling akhir pada lapisan paling atas. Proses ini menghasilkan lapisan yang berwarna-warni dan khas dari lapis pati bodin Jepara.

Terima kasih telah membaca artikel ini mengenai kue lapis pati bodin, sebuah hidangan tradisional yang berasal dari Jepara, Jawa Tengah. Jika Anda ingin mencicipi kue lapis pati bodin ini, Anda dapat mencarinya di penjual kue lapis di daerah Anda, atau jika tidak tersedia, Anda dapat mencari berbagai resep kue lapis pati bodin dan mencoba membuatnya sendiri. Sampai jumpa di artikel kuliner berikutnya!

Share:

Kue Lapis: Eksplorasi Lezat Kuliner Tradisional Indonesia

Selamat datang, para pembaca setia Inkarnasi Kata! Artikel ini akan membawa Anda untuk menjelajahi sebuah hidangan kuliner tradisional yang berasal dari Indonesia, yaitu kue lapis. Mari kita lanjutkan untuk mengungkap lebih banyak tentang hidangan yang lezat ini.

Kue lapis, makanan khas Indonesia. (sumber: www.kompas.com)

Kue lapis adalah makanan khas Indonesia yang terkenal dengan penampilannya yang berlapis-lapis, sesuai dengan namanya. Hidangan ini terbuat dari campuran tepung beras, tepung kanji, santan, gula pasir, garam, dan pewarna, jika diperlukan. Proses pembuatannya melibatkan pengukusan setiap lapisan kue sebelum lapisan berikutnya ditambahkan. Kue lapis ini dapat dengan mudah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia, terutama di pasar tradisional dan toko jajanan tradisional. Kue khas Indonesia ini telah menjadi legenda dalam dunia camilan dan sering menjadi salah satu hidangan takjil yang populer.

Pewarna yang digunakan dalam kue lapis bisa berasal dari pewarna makanan buatan atau pewarna alami. Beberapa pewarna yang sering digunakan antara lain pandan (hijau) dan sirup bunga mawar (merah). Kue ini memiliki tekstur yang lembut dan kenyal, terutama karena adanya tepung kanji dalam komposisinya. Biasanya, kue ini dinikmati sebagai camilan santai.

Terdapat dua jenis kue lapis berdasarkan cara pembuatannya. Pertama, ada yang lapisannya dibuat langsung selama proses memasak dalam satu loyang, seperti kue pepe' dan kue lapis legit. Kedua, ada yang lapisannya disatukan di luar loyang, seperti kue lapis surabaya dan kue lapis moka vla.

Demikianlah ringkasan tentang kue lapis, hidangan tradisional Indonesia yang kaya akan lapisan dan rasa. Bagi yang ingin menikmati kue lapis ini, Anda dapat mencarinya pada pedagang kue lapis di daerah Anda, atau jika tidak tersedia, Anda bisa mencari berbagai resep kue lapis dan mencoba membuatnya sendiri. Terima kasih telah membaca artikel kuliner tradisional ini, sampai jumpa di artikel kuliner berikutnya!

Share:

Jelajahi Kelezatan Wajik: Kuliner Tradisional dari Jawa Tengah dan Jawa Timur

Halo kepada semua pembaca Inkarnasi Kata, dalam artikel ini, kami akan membawa Anda untuk menjelajahi kuliner tradisional yang berakar dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kuliner yang akan kami bahas kali ini adalah wajik. Mari kita lanjutkan dan temukan lebih banyak tentang hidangan yang lezat ini.

Wajik, makanan khas Jawa Tengah dan Jawa Timur. (sumber: www.kompas.com)

Wajik adalah makanan tradisional yang sangat khas dalam upacara pernikahan adat Jawa, terbuat dari bahan dasar berupa beras ketan, santan kelapa, dan gula merah. Hidangan yang telah ada sejak zaman Majapahit ini menjadi salah satu jajanan klasik yang sangat terkenal di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Meskipun berbagai daerah memiliki sebutan berbeda untuk hidangan ini, nama "wajik" lebih dikenal di Pulau Jawa.

Di Sumatera, hidangan serupa dengan wajik disebut "pulut manis." Wajik yang dibuat dari ketan juga sering disebut sebagai "ketan wajik." Selain variasi sebutan, Indonesia memiliki berbagai jenis wajik. Salah satu yang paling terkenal adalah "wajik ketan," yang berasal dari beras ketan. Meskipun wajik ketan sangat populer di seluruh Indonesia, makanan ini juga mendapat pengakuan sebagai hidangan khas di negara-negara tetangga Indonesia.

Wajik Ketan

Wajik yang paling dikenal oleh masyarakat adalah jenis wajik ketan. Wajik ketan dibuat dari beras ketan yang pertama-tama dikukus, lalu dimasak bersama santan dan gula hingga mencapai tekstur yang berminyak dan lembut. Biasanya, wajik jenis ini menggunakan gula merah sebagai bahan pemanisnya. Penggunaan gula merah ini memberikan warna cokelat muda hingga cokelat tua pada wajik. Setelah proses pengolahan selesai, wajik dapat dibentuk atau diiris sesuai keinginan pembuatnya. Salah satu bentuk yang sering dibuat adalah belah ketupat atau jajar genjang. Istilah "wajik" sendiri merujuk pada bentuk ini, yang sering digunakan oleh orang Jawa.

Selain warna cokelat, wajik ketan juga bisa memiliki warna lain, seperti hijau dan merah muda. Warna hijau pada wajik berasal dari sari daun suji, yang merupakan pewarna alami. Sedangkan warna merah muda biasanya dihasilkan dengan menggunakan pewarna makanan, bukan gula merah seperti pada wajik berwarna cokelat. Dengan tambahan warna-warna ini, wajik menjadi lebih beragam dan menarik.

Wajik Kletik

Wajik kletik adalah variasi wajik yang secara khusus diakui sebagai hidangan khas dari Blitar. Meskipun bahan dasarnya sama dengan wajik ketan, yakni beras ketan, wajik kletik memiliki ciri khas tersendiri. Wajik kletik dibentuk menjadi potongan-potongan kecil dan dibungkus dengan kulit jagung atau klobot. Kulit jagung ini kemudian disetrika untuk menghilangkan bakteri, sehingga wajik kletik memiliki daya tahan yang lebih baik dan bisa bertahan lebih lama.

Wajik Bandung

Wajik Bandung, seperti namanya, berasal dari daerah Bandung. Ini juga terbuat dari beras ketan, namun dengan tambahan kelapa parut dan gula. Yang membedakan wajik Bandung adalah cara penyajiannya; potongan-potongan wajik Bandung dibungkus dalam kertas minyak berwarna-warni, memberikan tampilan yang lebih cerah. Perbedaan lainnya adalah dalam tekstur, di mana wajik ketan memiliki dominasi beras, sementara wajik Bandung lebih didominasi oleh parutan kelapa.

Cita Rasa

Kue wajik memiliki cita rasa manis yang khas, seringkali diperkaya dengan aroma seperti pandan dan vanili. Beberapa varian kue wajik juga memiliki rasa asli, seperti rasa gula merah dan bahkan rasa durian. Teksturnya mirip dengan beras yang belum matang, tetapi saat dimakan, kue ini menjadi lembut dan mudah digigit.

Kegunaan

Kue wajik seringkali digunakan sebagai hidangan untuk tamu dan sebagai oleh-oleh khas dari berbagai daerah di Indonesia. Misalnya, Magelang terkenal dengan wajik ketan berwarna cokelat gula merah sebagai oleh-oleh khasnya, sementara Blitar dikenal dengan wajik kletik sebagai oleh-oleh khas dari daerah tersebut.

Selain itu, kue wajik juga memiliki peran penting dalam berbagai hajatan, terutama di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah. Kue ini harus ada dalam hidangan pada berbagai upacara pernikahan, di mana wajik ketan seringkali digunakan sebagai hantaran dari mempelai lelaki kepada mempelai perempuan. Hal ini melambangkan harapan bahwa hubungan pernikahan mereka akan terus harmonis dan langgeng.

Demikianlah informasi singkat mengenai wajik, hidangan tradisional yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jika Anda ingin menikmati wajik, Anda dapat mencari penjualnya di daerah Anda atau mencoba berbagai resep wajik untuk menciptakannya sendiri. Sampai jumpa pada artikel kuliner berikutnya!

Share:

Mengenal Dodol Susu: Kuliner Khas Pangalengan, Jawa Barat yang Menggoda Selera

Pada artikel ini, kami akan membahas kuliner tradisional dari Pangalengan, Jawa Barat yang tidak boleh Anda lewatkan, yaitu dodol susu. Mari kita eksplorasi lebih lanjut tentang kelezatan kuliner ini.

Dodol susu, makanan kgas Pangalengan, Jawa Barat. (sumber: www.wikipedia.com)

Secara dasar, dodol adalah hidangan semi-basah yang terbuat dari campuran tepung beras ketan, santan kelapa, dan gula, dengan kemungkinan penambahan bahan tambahan lain yang diperbolehkan. Namun, dodol susu memiliki sentuhan khusus, yakni tambahan susu cair, yang memberikan rasa istimewa. Biasanya, penambahan susu ini bertujuan untuk mengoptimalkan surplus produksi susu. Dodol susu merupakan hidangan khas Pangalengan, sebuah wilayah di Bandung, Jawa Barat.

Tradisi pembuatan dodol susu di Bandung sudah berlangsung sejak tahun 1970-an, dan dalam proses pembuatannya, jumlah gula yang cukup besar ditambahkan sebagai pengawet alami. Selain Bandung, di desa Samiran, Selo, Boyolali, Jawa Tengah, produksi dodol susu dimulai sekitar tahun 2010, setelah erupsi Gunung Merapi menghancurkan ekonomi lokal. Di sini, susu dipilih sebagai bahan utama karena ketersediaannya yang melimpah, dan masyarakat berharap dodol susu dapat menjadi salah satu oleh-oleh khas Boyolali, yang dikenal sebagai "Kota Susu." Meskipun Kabupaten Boyolali bukan yang pertama kali memproduksi dodol susu, produk serupa sudah ada di daerah lain sebelumnya.

Dodol susu, hidangan lezat yang berasal dari Pangalengan, Jawa Barat, telah menjadi fokus utama dalam artikel ini. Jika Anda ingin mencicipi dodol susu, Anda dapat mencari penjualnya di daerah Anda atau mencari berbagai resep dodol susu untuk mencoba membuatnya sendiri. Sampai jumpa pada artikel kuliner berikutnya!

Share:

Rasa Sejarah dan Kelezatan Dodol: Kuliner Tradisional Jawa Timur

Dodol, hidangan tradisional yang berasal dari Jawa Timur, akan menjadi pusat perhatian dalam artikel ini. Mari kita eksplorasi lebih lanjut mengenai kuliner yang kaya akan rasa dan sejarahnya.

Dodol, makanan khas Jawa Timur. (sumber: www.harianhaluan.com)

Dodol adalah sebuah makanan tradisional yang terbuat dari campuran tepung ketan, santan kelapa, dan gula merah, seringkali dicampur dengan buah-buahan seperti durian atau sirsak, lalu dibungkus menggunakan daun jagung, kertas, atau wadah lainnya. Asal usul dodol ini dapat ditelusuri hingga Ponorogo, Jawa Timur, dan sering kali dikenal dengan sebutan jenang dodol atau jenang di beberapa tempat. Dodol termasuk dalam kelompok makanan padat yang biasanya dihidangkan sebagai pencuci mulut.

Variasi rasa dodol dapat dihasilkan dengan menambahkan bahan-bahan tambahan tertentu, dan di berbagai daerah, dodol dengan campuran buah-buahan tertentu mendapat nama khusus. Misalnya, dodol dengan campuran durian dikenal sebagai dodol durian atau populer dengan sebutan lempok, sementara dodol yang dicampur dengan sirsak disebut dodol sirsak. Selain itu, ada juga dodol dengan campuran nangka yang disebut dodol nangka, dan yang mengandung jahe dikenal sebagai dodol jahe.

Indonesia memiliki beberapa daerah yang terkenal dengan dodolnya, seperti Dodol Garut, Dodol Ponorogo, Dodol Semarang, Dodol Solo, Dodol Yogyakarta, dan Dodol Kandangan di Kalimantan Selatan.

Proses pembuatan dodol yang berkualitas tinggi memerlukan waktu yang cukup lama dan keahlian khusus. Di beberapa daerah, dodol hanya diproduksi atau dihidangkan pada waktu-waktu tertentu, seperti saat perayaan Lebaran di Betawi, perayaan Sekaten di Yogyakarta dan Solo, serta acara-acara khusus lainnya.

Tidak hanya populer di Indonesia, dodol saat ini juga mulai diminati oleh konsumen dari negara lain seperti Belanda, Brunei Darussalam, Singapura, dan Malaysia.

Etimologi

Asal usul kata "dodol" dapat ditelusuri hingga bahasa Jawa, tepatnya dari kata "dodol" dalam bahasa Jawa yang berasal dari bahasa Jawa Kuno "dwadwal" yang dieja sebagai "dodol".

Sejarah

Dodol memiliki sejarah yang terdokumentasi dalam kitab sastra dan beberapa prasasti di Ponorogo, dating kembali ke periode Kerajaan Medang di Bumi Mataram (abad ke-9 dan ke-10). Dalam Kakawin Ramayana yang ditulis pada abad ke-9 pada masa pemerintahan Dyah Balitung, terdapat catatan pada bagian 17.112 dalam bahasa Jawa Kuno yang menyebutkan, "dwadwal anekawarṇa lakĕtan tape paṅisi len," yang artinya "dodol beraneka rupa, ketan, tapai, dan isian lainnya."

Selain itu, Prasasti Gemekan yang ditemukan pada tahun 2022 dan berasal dari tahun 930 M juga mencatat istilah "dodol" dalam bahasa Jawa Kuno. Prasasti ini menyebutkan makanan ringan seperti kurawu, kurima, asam, dan dodol.

Prasasti Sangguran dari periode yang hampir sama (bertanggal 2 Agustus 928) juga mengandung referensi tentang dodol sebagai makanan ringan.

Selanjutnya, dalam masa pasca-Majapahit, naskah Nawaruci (abad ke-17) dan Serat Centhini (ditulis pada abad ke-19 dalam bahasa Jawa Baru) juga menyebutkan dodol sebagai salah satu jenis "amik-amik" atau penganan kecil.

Selain itu, di Sri Lanka, terdapat varian dodol yang dikenal sebagai kalu dodol, yang diduga dibawa oleh masyarakat pedagang Melayu yang menetap di sana sejak masa pra-kolonial.

Cara Pembuatan

Dalam proses pembuatan dodol, bahan-bahan dicampur bersama dalam sebuah kuali besar dan dimasak dengan api sedang. Penting untuk mengawasi dodol selama proses memasak karena jika dibiarkan tanpa pengawasan, dodol dapat terbakar di bagian bawahnya dan membentuk lapisan keras. Oleh karena itu, selama proses pembuatan, campuran dodol harus diaduk secara terus menerus untuk mendapatkan hasil yang baik. Proses memasak dodol memerlukan waktu sekitar 4 jam, dan jika kurang dari itu, dodol mungkin tidak akan memiliki rasa yang optimal. Setelah sekitar 2 jam, campuran dodol biasanya akan berubah menjadi cokelat pekat, mendidih, dan mengeluarkan gelembung-gelembung udara.

Selanjutnya, dodol harus tetap diaduk agar gelembung udara yang terbentuk tidak meluap keluar dari kuali hingga dodol matang dan siap diangkat. Terakhir, dodol harus didinginkan dalam periuk besar. Dodol yang baik memiliki warna coklat tua, berkilat, dan konsistensi yang pekat. Setelah didinginkan, dodol dapat dipotong-potong dan siap untuk dinikmati. Ketika dijual, dodol sering dipotong menjadi bagian-bagian kecil dan dibungkus dengan kertas minyak atau plastik. Dodol biasanya disajikan kepada tamu pada hari-hari perayaan dan acara khusus.

Varian

Dodol memiliki berbagai varian yang menarik, di antaranya dodol durian, dodol susu, dodol kentang, dodol sirsak, dodol apel malang, dodol nangka, dodol jahe, dodol Garut, dodol Betawi, dodol Kandangan, dan dodol Bali. Setiap varian dodol ini memiliki cita rasa dan keunikan tersendiri yang memikat para pecinta kuliner tradisional.

Demikianlah rangkuman mengenai dodol, sebuah kuliner tradisional yang berasal dari Jawa Timur. Jika Anda ingin mencicipi dodol, Anda dapat mengunjungi penjual dodol di daerah Anda atau mencari berbagai resep dodol untuk mencoba membuatnya sendiri. Sampai jumpa pada artikel kuliner berikutnya!

Share:

Lempok Durian: Kuliner Tradisional dari Pulau Sumatera yang Memikat Selera

Lempok durian adalah kuliner tradisional yang berasal dari Pulau Sumatera, dan akan menjadi fokus utama dalam artikel ini. Mari kita eksplorasi lebih lanjut mengenai kelezatan kuliner yang satu ini.

Lempok durian, makanan khas Sumatera. (sumber: www.wowkeren.com)

Lempok durian, juga dikenal sebagai dodol durian atau lempuk durian, dan dalam bahasa Tionghoa disebut (Hanzi: 榴槤粄; Hakka: Liu-lian-pan), merupakan salah satu varian lempok yang terbuat dari bahan utama durian. Kuliner ini sangat populer sebagai jajanan khas di berbagai daerah di Indonesia, terutama di wilayah Sumatera, seperti Bengkulu, Jambi, Bengkalis, Pekanbaru, Palembang, Bangka Belitung, Lampung, serta beberapa wilayah di Kalimantan seperti Pontianak dan Samarinda.

Di beberapa daerah, seperti di Ranah Minang, lempok durian sering dianggap mirip dengan dodol atau galamai. Meskipun ada persamaan, terdapat perbedaan utama antara keduanya. Lempok durian tidak mengandung tepung dalam bahan pembuatannya (kecuali varian lempuk dari Pekanbaru yang mungkin mengandung sedikit tepung). Bahan dasarnya hanya terdiri dari durian yang dicampur dengan gula merah. Sementara itu, dodol durian dibuat dengan mencampurkan durian, ketan, dan kelapa.

Lempok durian juga dikenal dan dapat ditemukan di Malaysia dan Brunei Darussalam, memperluas jejak kuliner ini di berbagai wilayah Asia Tenggara.

Lempok Durian Bengkalis

Pada awalnya, produksi lempok durian (atau dikenal sebagai lempuk durian di Bengkalis) dimulai sekitar tahun 1991 oleh seorang penduduk Kota Bengkalis yang dikenal dengan nama Selamat atau Ahok. Durian biasanya hanya musim dua tahun sekali, tetapi di luar musim tersebut, stok durian selalu tersedia di Kota Bengkalis. Ketersediaan durian yang berlimpah ini mengakibatkan harga durian menjadi sangat terjangkau. Oleh karena itu, muncul ide untuk meningkatkan nilai ekonomis durian dengan mengolahnya menjadi makanan yang mirip dengan dodol, yaitu lempok durian.

Produksi dan pemasaran lempok durian pada awalnya hanya berfokus di sekitar Kota Bengkalis dan daerah sekitarnya. Lempok durian dijual kepada toko-toko makanan. Kemudian, toko-toko ini mengemas produk tersebut dengan merek mereka sendiri dan memasarkannya kembali. Seiring berjalannya waktu, lempok durian mulai dikenal tidak hanya oleh penduduk Kota Bengkalis tetapi juga menyebar hingga ke kota-kota lain seperti Pekanbaru, Bengkulu, dan daerah-daerah lainnya.

Hal ini menunjukkan bahwa lempok durian telah berhasil meraih popularitas dan tersebar luas di beberapa kota di Indonesia, menjadi salah satu makanan ringan yang populer dan diakui di berbagai wilayah.

Cara Pembuatan

Proses pembuatan lempok durian sangat sederhana dan dapat dilakukan di rumah dalam skala kecil. Bahan-bahan yang diperlukan juga cukup minimal, yaitu durian, gula, dan sedikit garam. Durian yang digunakan hanya dagingnya saja. Gula yang digunakan dapat berupa gula merah (gula aren atau gula kelapa) atau gula pasir, dan gula berfungsi sebagai pengawet alami.

Penggunaan gula dan garam disesuaikan dengan kebutuhan, karena terkadang lempok dominan oleh daging durian. Selanjutnya, bahan-bahan tersebut dicampur hingga menjadi adonan dan dimasukkan ke dalam kuali di atas api dengan intensitas sedang. Adonan ini terus diaduk hingga mencapai tekstur yang lembut dan kental. Proses ini memerlukan waktu sekitar 3-4 jam untuk menghasilkan lempok durian yang lezat.

Tanda kematangan lempok durian meliputi tekstur yang kenyal dan adonan yang tidak lengket di tangan. Setelah matang, adonan lempok durian harus didinginkan dengan mematikan api. Selanjutnya, adonan tersebut dikemas menggunakan berbagai jenis kemasan plastik dengan berbagai bentuk dan ukuran, sesuai dengan preferensi masing-masing.

Itulah rangkuman singkat mengenai lempok durian, salah satu kuliner khas dari Pulau Sumatera. Bagi yang ingin menikmati kelezatan lempok durian, Anda dapat mencari penjualnya di daerah Anda atau mencoba mencari berbagai resep lempok durian dan mencobanya sendiri di rumah. Sampai jumpa pada artikel kuliner berikutnya!

Share:

Pindang Tulang Iga Palembang: Cita Rasa Asam Pedas Khas Sumatera Selatan

Pindang tulang iga, sebuah hidangan kuliner tradisional yang berasal dari Kota Palembang, akan menjadi fokus utama dalam artikel ini. Mari kita jelajahi lebih lanjut tentang kelezatan kuliner yang satu ini.

Pindang tulang iga, makanan khas Palembang. (sumber: Youtube/Mona Rendra)

Sumatera Selatan dikenal dengan kekayaan kuliner yang memikat selera makan. Selain pempek Palembang yang terkenal hingga ke berbagai daerah di Indonesia, ada satu hidangan yang patut masuk dalam daftar kunjungan Anda ke Bumi Sriwijaya, yaitu pindang tulang iga. Nama kuliner ini saja sudah cukup unik, bukan?

Pindang tulang iga memiliki perbedaan mendasar dengan pindang yang umumnya dikenal di daerah lain, terutama di pulau Jawa. Pindang tulang adalah olahan dari daging sapi bagian iga yang disajikan dalam kuah pedas asam yang segar.

Sementara pindang dalam konteks umum adalah olahan ikan yang juga berfungsi sebagai metode pengawetan. Ikan direbus dan diberi garam agar dapat bertahan lebih lama. Pindang ini memiliki kadar garam yang rendah dan konsistensi yang tidak terlalu kering, sehingga pengawetannya tidak untuk jangka waktu yang sangat lama seperti ikan asin.

Tersedia juga varian pindang ikan yang ditambahkan rasa manis dengan campuran lengkuas dan bagian dalam batangnya. Pindang dapat dibuat dari ikan tawar atau ikan laut seperti tongkol.

Pindang tulang khas Palembang memiliki cita rasa asam yang begitu menyegarkan. Asamnya berasal dari penggunaan asam Jawa. Bumbu-bumbu lain yang turut digunakan antara lain lengkuas, serai, daun salam, tomat, kunyit, jahe, bawang putih dan merah, aram, dan gula pasir. Ada juga yang menambahkan kecap manis untuk memberikan sentuhan rasa manis pada hidangan ini.

Daging sapi, khususnya bagian iga, pertama-tama direbus hingga empuk sebelum dicampur dengan bumbu kasar dan halus. Bumbu seperti bawang, jahe, laos, kunyit, dan serai awalnya ditumis sebelum dimasukkan ke dalam kuah pindang.

Pindang tulang memiliki cita rasa unik yang menggabungkan unsur asam dan pedas, menjadi ciri khas kuliner khas Sumatera Selatan. Penggunaan kecap manis memberikan sentuhan manis dan warna gelap pada hidangan ini, sedangkan versi tanpa kecap cenderung berwarna kuning keemasan.

Demikianlah gambaran singkat mengenai pindang tulang iga, hidangan lezat yang berasal dari kota Palembang. Jika Anda ingin mencicipi kelezatannya, Anda bisa mencari penjual pindang tulang iga di daerah Anda atau bahkan mencoba membuatnya sendiri. Sampai jumpa di artikel kuliner selanjutnya!

Share:

Kue Delapan Jam: Kuliner Tradisional Palembang yang Memikat Selera dengan Sejarah dan Ciri Khasnya

Kue delapan jam, makanan khas Palembang. (sumber: www.palembang.tribunnews.com)

Kue delapan jam, sebuah sajian kuliner tradisional yang berasal dari Kota Palembang, akan menjadi sorotan dalam artikel ini. Mari kita simak lebih lanjut mengenai kuliner yang menggugah selera ini.

Asal Usul

Kue ini, dikenal sebagai kue delapan jam, memiliki sejarah panjang di kawasan Sumatera Selatan, dengan Palembang sebagai salah satu tempat yang paling banyak menawarkannya. Awalnya, hidangan ini hanya tersedia untuk kelompok bangsawan, sedangkan masyarakat umumnya tidak berkesempatan untuk menikmatinya. Namun, saat ini, kue delapan jam telah menjadi lebih mudah diakses oleh semua kalangan. Meskipun demikian, kuliner ini tidak selalu tersedia kapan saja. Kue khas ini biasanya hanya dihidangkan dalam perayaan-perayaan besar.

Namanya, "Kue Delapan Jam," merujuk pada proses pembuatannya yang memakan waktu cukup lama. Kue ini memerlukan waktu sekitar delapan jam dalam proses pengukusan, yang menjadikannya semakin lembut dan lezat. Biasanya, setelah proses pengukusan, kue masih perlu dioven kembali, yang memperpanjang waktu pembuatannya. Proses pemanggangan di dalam oven berlangsung sekitar 15 menit dengan tujuan memberikan tekstur yang lembut dan memastikan kelezatan kue ini bertahan lama.

Ciri Khas

Banyak orang yang kini mulai tertarik untuk mencoba membuat kue delapan jam ini dengan harapan bisa menikmati kekhasan rasanya. Namun, perlu diingat bahwa hasil yang mereka buat mungkin tidak selezat yang pernah mereka nikmati dari kue yang dibuat oleh masyarakat asli Palembang. Ada ciri khusus yang menjadi penanda bahwa kue tersebut "setara" dengan yang dibuat oleh masyarakat aslinya. Salah satunya adalah warnanya yang lebih coklat dan tampak sangat padat. Warna coklat dan padat ini merupakan hasil dari pengolahan kue yang memakan waktu lebih dari 8 jam. Pengolahan yang lama ini membuat kue benar-benar matang sempurna.

Harapannya, warna coklat ini bukan karena gosong, melainkan menjadi warna yang pas dan mencirikan kekhasan rasa dari kue yang legit. Oleh karena itu, jika kamu ingin membuat atau membeli kue delapan jam, pastikan untuk memperhatikan warnanya. Selain itu, kepadatannya juga perlu dipertimbangkan.

Jika kue tersebut tidak memiliki warna yang coklat dan teksturnya kurang padat, kemungkinan proses pembuatannya tidak berjalan dengan sempurna. Biasanya, ciri-ciri seperti itu menandakan bahwa kue dibuat selama kurang dari 8 jam. Hal ini dapat berdampak pada cita rasa kue yang kurang legit dan ketahanannya untuk disimpan.

Demikianlah informasi singkat mengenai Kue Delapan Jam, salah satu kuliner yang berasal dari Kota Palembang. Jika Anda ingin mencoba kue delapan jam, Anda bisa mengunjungi para penjualnya di daerah Anda, atau jika tidak tersedia, Anda bisa mencari berbagai resep kue delapan jam dan mencoba membuatnya sendiri. Sampai jumpa di artikel kuliner berikutnya!

Share:

Jumlah Pengunjung

Populer