Provinsi Sumatera Selatan, khususnya Kota Palembang, adalah tempat yang menyimpan banyak jejak sejarah yang ditinggalkan oleh Ir. Soekarno, proklamator kemerdekaan Republik Indonesia dan presiden pertama Indonesia. Salah satu jejak bersejarah tersebut adalah rumah singgah Soekarno di Jalan KHA Azhari, Kelurahan 3-4 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I, Kota Palembang.
Menurut cerita dari Abdurrahman, cucu dari H. Anang, rumah ini pernah menjadi tempat singgah bagi Ir. Soekarno dan istrinya, Inggit Ginarsih, pada tahun 1940-an menjelang proklamasi kemerdekaan RI. Soekarno sengaja datang ke rumah ini setelah diundang oleh salah satu sahabatnya, Raden Panani, yang saat itu telah diasingkan dari Bengkulu sebelum Soekarno pergi ke Jakarta.
Raden Panani adalah seorang pengajar di organisasi Muhammadiyah yang diundang dari Jawa ke Palembang dan kemudian diangkat sebagai anak oleh H. Anang. Kedekatan Raden Panani dengan Soekarno memungkinkan Soekarno untuk berkumpul dengan para guru Muhammadiyah, termasuk Raden Panani, yang rumahnya tidak jauh dari rumah singgah ini.
Rumah ini, yang sering disebut sebagai rumah Depok oleh masyarakat sekitar, dibangun sekitar tahun 1938 oleh H. Anang. H. Anang adalah seorang pejuang kemerdekaan dan tokoh penting dalam organisasi Islam Muhammadiyah di Kota Palembang. Rumah ini adalah contoh arsitektur Belanda yang masih berdiri hingga saat ini.
Dalam cerita yang diteruskan oleh Abdurrahman, Soekarno dan istrinya tidak hanya singgah di rumah H. Anang, tetapi juga diundang untuk makan bersama di rumah lain yang dimiliki oleh H. Anang di belakang rumah singgah tersebut. Diketahui bahwa Soekarno menyukai makanan seperti sayur kangkung dan belut goreng.
Selain menjadi tempat singgah Soekarno, rumah ini juga memiliki kisah cinta antara Soekarno dengan Fatmawati. Hubungan antara Fatmawati, ibu dari Megawati Soekarnoputri, dengan keluarga H. Anang membuat Soekarno jatuh hati pada Fatmawati. Fatmawati aktif dalam organisasi remaja putri Muhammadiyah dan sering bertemu dengan H. Anang, sehingga memungkinkan Soekarno dan Fatmawati untuk berkenalan.
Rumah singgah Soekarno ini menjadi cagar budaya pada tahun 2018 oleh pemerintah Kota Palembang melalui Dinas Kebudayaan. Namun, Abdurrahman dan keluarganya harus menanggung biaya perawatan dan menjaga rumah ini sendiri sejak ditetapkan sebagai cagar budaya. Mereka berharap agar pemerintah dapat memberikan perhatian lebih terhadap rumah singgah bersejarah ini, terutama dalam hal perawatan dan pemeliharaan.
Meskipun jejak sejarah dalam bentuk foto-foto dari kunjungan Soekarno ke rumah ini telah diserahkan kepada pihak terkait, rumah singgah ini tetap menjadi saksi bisu perjalanan bersejarah sang proklamator dan merupakan bagian yang penting dari warisan sejarah Palembang dan Indonesia.