Benteng Kuto Besak: Warisan Bersejarah dan Objek Wisata di Palembang

Pada edisi sejarah hari ini, tanggal 10 Januari 2023, kita akan menjelajahi salah satu destinasi bersejarah yang juga menjadi tempat wisata yang terletak di tepi Sungai Musi, yaitu Benteng Kuto Besak. Benteng ini telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Palembang, menjadi destinasi yang dikenal luas dan seringkali menjadi tuan rumah berbagai acara penting. Di pelataran Benteng Kuto Besak, seringkali diadakan beragam acara, termasuk konser musik, hiburan rakyat, bazar, dan tabligh akbar. Kawasan Benteng Kuto Besak bahkan sering disebut sebagai alun-alunnya kota Palembang, karena setiap malamnya menjadi tempat berkumpulnya masyarakat, baik bersama keluarga, teman, maupun saudara. Untuk memahami lebih lanjut mengenai sejarah Benteng Kuto Besak, mari kita eksplorasi penjelasan berikut.

Gerbang masuk ke dalam Benteng Kuto Besak Palembang. (sumber: Google Maps)

Benteng Kuto Besak, yang terletak di bagian tenggara Sungai Musi, memiliki bentuk persegi panjang dengan ukuran mencapai 288,75 meter × 183,75 meter. Di setiap sudut benteng, terdapat selekoh berbentuk trapesium di sudut utara, timur, dan selatan, serta selekoh berbentuk segi lima di sudut barat. Benteng ini memiliki tiga pintu gerbang, yang dibangun di bagian timur laut, barat laut, dan tenggara. Selain itu, beberapa celah dibuat di dinding benteng untuk pengawasan, dengan celah ini semakin mengecil ke arah dalam.

Benteng Kuto Besak juga dilengkapi dengan dermaga di bagian depannya, yang digunakan sebagai jalur Sultan menuju Sungai Musi. Di ujung dermaga terdapat sebuah gerbang beratap limasan yang mencolok. Di depan benteng, sebuah alun-alun dibangun untuk memberikan karakteristik yang kuat. Pintu gerbang utama dilengkapi dengan sejajar meriam-meriam yang ditempatkan dengan rapi. Di sebelah kanan gerbang, ada dua bangunan persegi panjang yang terbuat dari kayu dengan atap sirap tanpa dinding. Salah satu dari bangunan ini berfungsi sebagai tempat duduk Sultan.

Awal mula usulan pembangunan Benteng Kuto Besak terjadi pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Badarudin I, tetapi pembangunan baru benar-benar dilaksanakan pada tahun 1780, ketika Sultan Muhammad Bahauddin memerintah. Dinding tembok benteng dibangun dengan ketebalan 1,99 meter dan tinggi mencapai 9,99 meter. Benteng Kuto Besak kemudian diresmikan sebagai tempat kediaman Sultan beserta keluarganya pada tanggal 21 Februari 1792.

Sebagai penanda penting dari warisan budaya Indonesia, Benteng Kuto Besak diakui sebagai cagar budaya pada tanggal 3 Maret 2004 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dengan nomor registrasi CB.678. Benteng ini tetap berdiri sebagai saksi bisu sejarah dan kekayaan budaya Indonesia yang kini dapat dipelajari dan dijelajahi oleh generasi masa kini.

Sejarah

Benteng Kuto Besak adalah salah satu destinasi bersejarah yang terletak tepat di pinggir Sungai Musi. Dibangun mulai tahun 1780 dengan arsitek yang tidak diketahui dengan pasti, benteng ini memakan waktu sekitar 17 tahun untuk selesai. Dalam proses pembangunannya, digunakan semen perekat bata yang terbuat dari batu kapur dari daerah pedalaman Sungai Ogan, yang dicampur dengan putih telur.

Benteng Kuto Besak memiliki posisi yang sangat strategis dan indah, menghadap langsung ke Sungai Musi. Berbeda dengan lokasi keraton lama yang terletak di daerah pedalaman, benteng baru ini berdiri di lahan yang terbuka. Saat itu, Kota Palembang masih dikelilingi oleh anak-anak sungai yang membagi wilayah kota menjadi pulau-pulau kecil. Benteng Kuto Besak sendiri seakan berdiri di atas pulau karena dikelilingi oleh Sungai Sekanak di bagian barat, Sungai Tengkuruk di bagian timur, dan Sungai Kapuran di bagian utara.

Pada tanggal 21 Februari 1797, secara resmi Kuto Besak dihuni oleh penduduk. Saat ini, bangunan bersejarah ini digunakan oleh Komando Daerah Militer (Kodam) Sriwijaya. Benteng Kuto Besak juga menjadi salah satu lokasi favorit di Palembang untuk berbagai acara dan kegiatan masyarakat.

Salah satu sisi Benteng Kuto Besak. (sumber: sumsel.inews.id)

Fungsi

Benteng Kuto Besak, yang awalnya merupakan keraton, memiliki sejarah yang kaya dan penting dalam konteks Kesultanan Palembang. Gagasan pembangunan benteng ini pertama kali digagas oleh Sultan Mahmud Badaruddin I, yang memerintah pada periode 1724-1758. Namun, pelaksanaan pembangunan sebagian besar dilakukan oleh penerusnya, yaitu Sultan Muhammad Bahauddin, yang memerintah pada tahun 1776-1803.

Sultan Mahmud Bahauddin dikenal sebagai seorang pemimpin realistis dan praktis dalam urusan perdagangan internasional. Ia juga seorang tokoh agamawan yang menjadikan Palembang sebagai pusat sastra agama di Nusantara. Sebagai simbol perannya sebagai sultan, ia memutuskan untuk pindah dari Keraton Kuto Lamo ke Kuto Besak, yang oleh Belanda disebut sebagai "niewe keraton" atau keraton baru.

Benteng Kuto Besak memiliki bentuk persegi panjang yang luas dan menghadap langsung ke Sungai Musi. Panjangnya mencapai 274,32 meter, sementara lebarnya 182,88 meter. Benteng ini dikelilingi oleh tembok besar dengan tinggi mencapai 9,14 meter dan ketebalan 2,13 meter. Di setiap sudutnya terdapat kubu (bastion) yang memuat sejumlah meriam yang terbuat dari besi dan kuningan.

Keraton ini memiliki pelataran yang luas, balai agung, gerbang besar, dan sejumlah bangunan penting lainnya. Di dalam kompleks ini, terdapat juga tempat-tempat seperti keputren (tempat tinggal putri sultan), paseban (balai pertemuan), ruang tamu untuk menerima tamu istimewa, tempat kediaman sultan, dan permaisuri. Di tengah-tengah keraton, terdapat kolam dengan perahu, taman yang indah, dan pohon-pohon buah-buahan yang menambah keelokan tempat ini.

Selain itu, terdapat jalan yang menghubungkan Keraton Kuto Besak dengan Keraton Kuto Lamo, serta jalan menuju mesjid utama kerajaan. Semua ini menjadikan Benteng Kuto Besak sebagai simbol penting dalam sejarah dan budaya Palembang.

Benteng Kuto Besak tempo dulu. (sumber: nationalgeographic.grid.id)

Objek Wisata

Pemkot Palembang memiliki rencana ambisius untuk mengembangkan dan menata kawasan sekitar Plaza Benteng Kuto Besak agar menjadi tempat hiburan terbuka yang memukau dengan pesona Sungai Musi dan bangunan-bangunan bersejarahnya. Ketika melihatnya dari daerah Seberang Ulu atau Jembatan Ampera, kita akan disuguhkan pemandangan yang memukau, yaitu pelataran luas dengan latar belakang deretan pohon palem yang menghiasi halaman Benteng Kuto Besak, serta menara air yang menjulang tinggi di Kantor Wali Kota Palembang.

Saat malam tiba, suasana kawasan ini akan menjadi lebih dramatis. Cahaya dari berbagai lampu taman akan menciptakan refleksi indah dengan warna kuning yang memantul di permukaan sungai, menciptakan pemandangan yang memesona. Pemerintah kota Palembang memiliki sejumlah rencana pengembangan yang bertujuan untuk mendukung perkembangan Plaza Benteng Kuto Besak sebagai salah satu objek wisata unggulan di kota ini.

Demikianlah penjelasan singkat tentang Benteng Kuto Besak, sebuah destinasi wisata yang juga menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang Kota Palembang pada masa lampau. Bagi mereka yang berkunjung ke Palembang, jangan lewatkan kesempatan untuk menjelajahi Benteng Kuto Besak yang kaya akan sejarah. Di sini, kalian dapat mengabadikan momen berharga dengan berfoto di tepi Sungai Musi, dengan latar belakang ikon kota Palembang, seperti Jembatan Ampera atau tugu Iwak Belido. Sampai jumpa di edisi sejarah berikutnya, dan semoga informasi ini bermanfaat bagi semua!

Share:

Jumlah Pengunjung

Populer