Pepes atau pais (Aksara Sunda Baku: ᮕᮄᮞ᮪, Pais) adalah makanan khas yang berasal dari budaya masyarakat Sunda. Awalnya, makanan ini muncul pada tahun 1970-an dan memiliki akar dalam tradisi masak-memasak menggunakan daun sebagai metodenya. Pepes merupakan hidangan yang dibungkus dengan daun pisang dan proses pembuatannya melibatkan penggunaan berbagai bumbu dan rempah-rempah yang telah dihaluskan. Selain itu, daun kemangi, tomat, dan cabai juga digunakan dalam penyajiannya. Semua bahan ini dibalut bersama makanan yang telah dibersihkan dan kemudian dibungkus dengan daun pisang. Paket pepes ini biasanya dijepit dengan dua batang bambu kecil atau kadang-kadang menggunakan tusuk gigi di setiap ujungnya. Adonan pepes ini terlebih dahulu dikukus sebelum akhirnya dipanggang (dipepes) di atas api atau bara arang sampai mengering. Namun, untuk varian pepes yang berbahan nabati, cukup dengan proses pengukusan saja.
Penggunaan beberapa lembar daun pisang adalah langkah awal dalam cara membungkus pepes. Daun pisang ini dikumpulkan dan ditempatkan searah dengan urat daun yang berlawanan. Kemudian, daun-daun ini dapat digulung atau dilipat dan ditutup dengan lidi pada kedua ujungnya. Hal ini dilakukan agar isi pepes tidak tumpah keluar saat proses pemanggangan. Jumlah daun yang digunakan untuk membungkus pepes harus lebih dari dua.
Di Indonesia, terdapat berbagai varian pepes yang terbuat dari bahan baku yang beragam, mulai dari sayur-mayur seperti pepes jamur, olahan kacang seperti pepes tahu, hingga pepes ikan seperti pepes ikan nila, pepes bandeng presto, dan pepes teri. Bumbu untuk pepes juga beragam, ada yang menggunakan bumbu dasar kuning yang terbuat dari kunyit, kencur, jahe, lengkuas, dan lain sebagainya, serta bumbu merah yang terdiri dari cabai, cabai rawit, bawang merah, bawang putih, dan berbagai rempah lainnya. Pepes adalah hidangan yang mencerminkan keragaman kuliner Indonesia dan memiliki cita rasa yang khas dan beraneka ragam.