Kuntilanak: Hantu Populer Yang Berasal Dari Indonesia

Ilustrasi hantu Kuntilanak. (sumber: www.insertlive.com)

Kuntilanak, juga dikenal sebagai pontianak atau puntianak dalam bahasa Melayu, adalah hantu yang dipercaya berasal dari perempuan hamil yang meninggal dunia atau wanita yang meninggal karena melahirkan dan anak tersebut belum sempat lahir (keguguran). Nama "puntianak" merupakan singkatan dari "perempuan mati beranak". Mitos ini mirip dengan mitos hantu langsuir yang dikenal di berbagai wilayah Asia Tenggara, termasuk Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, selatan Filipina (Mindanao), dan Thailand (Pattani). Mitos hantu kuntilanak telah menjadi cerita yang dikenal luas di Nusantara dan bahkan menjadi bagian dari sejarah Kota Pontianak. Pendiri Kesultanan Pontianak, Abdurrahman Alkadrie, konon diganggu oleh hantu semacam ini ketika akan menentukan tempat pendirian istana, yang kemudian menjadi dasar penamaan kota tersebut.

Deskripsi

Kuntilanak, umumnya digambarkan sebagai wanita cantik berambut panjang dan mengenakan baju panjang warna putih. Namun, dalam cerita rakyat Melayu, sosok kuntilanak memiliki ciri khas punggung berlubang. Kuntilanak diceritakan senang meneror penduduk kampung untuk menuntut balas, sering muncul pada bulan purnama, dan diiringi oleh harum bunga kemboja. Dalam beberapa versi cerita, kuntilanak dapat berubah wujud menjadi wanita cantik yang berjalan sendirian di jalan-jalan sunyi, dan laki-laki yang tidak berhati-hati dapat menjadi mangsanya. Hal ini mungkin dimaksudkan untuk menghindari agar wanita tidak diganggu oleh pemuda-pemuda yang takut akan kuntilanak ketika berjalan sendirian di tempat sepi. Di Malaysia, dalam cerita seram dan film horor televisi, kuntilanak digambarkan membunuh mangsa dengan cara mengisap darah di bagian tengkuk, mirip dengan vampir. Sementara itu, dalam tradisi Sunda, jenis kuntilanak yang memiliki lubang di punggung seperti yang dijelaskan sebelumnya disebut sebagai sundel bolong. Selain itu, kuntilanak juga dikatakan menyukai pohon tertentu sebagai tempat "bersemayam," seperti pohon waru yang tumbuh condong ke samping yang sering disebut sebagai "waru doyong".

Penangkalan

Dalam kepercayaan dan tradisi masyarakat Jawa, kuntilanak tidak akan mengganggu wanita hamil asalkan wanita tersebut selalu membawa paku, pisau, dan gunting saat bepergian. Kebiasaan ini juga berdampak pada seringnya meletakkan gunting, jarum, dan pisau di dekat tempat tidur bayi. Di sisi lain, dalam kepercayaan masyarakat Melayu, benda tajam seperti paku dianggap mampu melawan serangan kuntilanak. Ketika kuntilanak menyerang, paku ditancapkan di lubang yang ada di belakang leher kuntilanak. Namun, dalam kepercayaan masyarakat Indonesia lainnya, lokasi untuk menancapkan paku bisa bergeser ke bagian atas, yakni bagian ubun-ubun kuntilanak.

Pendekatan Antropologis

Dalam perspektif ilmiah dari disiplin ilmu antropologi, seorang antropolog asal Jerman menjelaskan bahwa narasi mengenai kuntilanak di tengah masyarakat Melayu pada masa lampau berfungsi sebagai solusi terhadap masalah keamanan yang kerap dialami oleh kaum wanita. Berkembangnya mitos seputar hantu kuntilanak dianggap dapat memberikan efek deteren kepada para lelaki, sehingga mereka berpikir dua kali sebelum mengganggu perempuan di malam hari. Dengan kata lain, kehadiran kisah mitologi kuntilanak merupakan bentuk proteksi yang diciptakan oleh masyarakat untuk melindungi perempuan dari berbagai kemungkinan buruk dan risiko yang dapat terjadi saat mereka keluar di malam hari untuk urusan penting. Pada zaman dahulu, ketika akses terhadap keamanan, pengawasan, dan keadilan belum sebaik sekarang, langkah semacam ini dianggap wajar karena perempuan menghadapi ancaman serius seperti pemerkosaan, yang dapat mengakibatkan konsekuensi seperti hamil akibat pemerkosaan atau bahkan kematian oleh pelaku pemerkosa.

Selain itu, pemahaman tentang roh gentayangan seperti kuntilanak di kalangan masyarakat Melayu Islam modern juga dipengaruhi oleh kepercayaan lokal dan paham animisme yang telah berkembang di masyarakat Nusantara sebelum agama-agama Abrahamik seperti Islam dan Kristen, serta agama internasional lainnya seperti Hindu dan Buddha, datang ke Kalimantan.

Pengaruh dari kebudayaan yang dibawa oleh bangsa-bangsa Eropa, terutama Belanda, juga berkontribusi pada pengayaan narasi kuntilanak di Indonesia. Indonesia, yang secara khusus dijajah oleh Belanda, mengalami asimilasi dan akulturasi kebudayaan lokalnya dengan kebudayaan kolonial Belanda. Salah satu aspek yang terinspirasi adalah penggambaran kuntilanak sebagai wanita berpakaian daster. Penggunaan pakaian daster oleh wanita di Nusantara awalnya diperkenalkan oleh orang Belanda. Di Belanda sendiri, terdapat cerita rakyat horor dan mistis serupa dengan kuntilanak, yang dikenal dengan sebutan "White Lady".

White lady (sumber: www.wikipedia.com)

Ada juga klaim yang menyatakan bahwa penamaan "Pontianak" berasal dari bahasa Melayu, yaitu "ponti" yang merupakan akronim dari "pohon tinggi". Hal ini memiliki kaitan erat dengan wilayah kota tersebut sebelum didirikan pemukiman, di mana wilayah tersebut ditumbuhi vegetasi yang lebat karena merupakan hutan hujan tropis di pulau Kalimantan.

Budaya Populer

Kepercayaan akan keberadaan kuntilanak atau sundel bolong sering diangkat sebagai bahan dalam legenda urban dan industri sinema, serta menjadi bagian penting dari budaya pop masyarakat Madani, yang merupakan masyarakat Islam Melayu modern.[8] Beberapa film telah dibuat dengan inspirasi dari kuntilanak, baik di Indonesia maupun Malaysia.

Di Indonesia, sejumlah film yang terinspirasi dari kuntilanak antara lain:

  • "Terowongan Casablanca" (Kuntilanak Merah) (2007) yang diproduksi oleh Indika Entertainment.
  • "Kuntilanak" (2006) yang disutradarai oleh Rizal Mantovani.
  • "Kuntilanak" (1974) yang dibintangi dan disutradarai oleh Ratno Timoer.
  • "Kuntilanak" (1962) yang dibintangi oleh Ateng.
  • "Sundel Bolong" (1981) yang dibintangi oleh Suzanna.
  • "Kuntilanak Kamar Mayat" (2009).
  • "Kuntilanak Beranak" (2009).
  • "Paku Kuntilanak" (2009).
  • "Jeritan Kuntilanak" (2009).
  • "Kuntilanak Kesurupan" (2010), yang dibintangi oleh Aziz Gagap.
  • "Arwah Kuntilanak Duyung" (2011).

Di Malaysia, beberapa film yang terkait dengan kuntilanak adalah:

  • "Pontianak Gua Musang" (1964).
  • "Pontianak" (1957).
  • "Dendam Pontianak" (1957).
  • "Anak Pontianak" (1958).
  • "Gergasi" (1958).
  • "Pontianak Kembali" (1963).
  • "Pusaka Pontianak" (1965).
  • "Pontianak" (1975).
  • "Perawan Malam" (1988).
  • "Pontianak Harum Sundal Malam" (2004).
  • "Pontianak Harum Sundal Malam 2" (2005).
  • "Pontianak Menjerit" (2005).
  • "Tolong Awek Aku Pontianak" (2011).
  • "Pontianak vs. Orang Minyak" (2012).
  • "Misteri Bisikan Pontianak" (2013).
  • "Paku Pontianak" (2013).

Selain itu, dalam serial HBO Asia "Halfworlds" kuntilanak digambarkan sebagai salah satu dedemit bernama 'Ros' yang diperankan oleh Tara Basro. Ros digambarkan sebagai kuntilanak yang cantik, penggoda, dan merupakan kekasih dari Tony, seorang genderuwo yang diperankan oleh Reza Rahadian. Senjata andalan Ros adalah pasak kuntilanak yang dijadikan aksesori rambutnya.

Share:

Jumlah Pengunjung

Populer