Museum Penerangan: Memelihara Warisan Sejarah Komunikasi dan Penerangan Indonesia

Museum Penerangan. (sumber: Wikipedia)

Museum Penerangan adalah suatu tempat yang tidak hanya menyimpan, tetapi juga mempelajari, memamerkan, serta merawat benda-benda bersejarah terkait penerangan dan komunikasi. Melalui konsep uniknya, museum ini bukan hanya menjadi penjaga kekayaan masa lalu, tetapi juga menjadi media komunikasi masa keenam setelah tatap muka, radio, TV, film, dan pers. Museum ini menciptakan jembatan antara masa lampau, masa kini, dan masa mendatang, memungkinkan masyarakat untuk memahami peran penting penerangan dalam membangun kesatuan dan persatuan bangsa.

Berlokasi di lahan seluas 10.850 m2 dengan bangunan seluas 3.980 m2, Museum Penerangan adalah wujud nyata dari prakarsa Ibu Tien Soeharto, yang kemudian diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 20 April 1993. Bangunan museum yang berbentuk bintang bersudut lima melambangkan nilai-nilai Pancasila serta lima unsur penerangan. Di taman depan, tugu dengan lambang penerangan "Api nan Tak Kunjung Padam" dikelilingi oleh lima patung juru penerang, mengilustrasikan hubungan dinamis antara pemerintah, masyarakat, dan media massa.

Bangunan ini memiliki tiga lantai yang masing-masing mewakili masa lampau, masa kini, dan masa depan. Puncak bangunan berbentuk silinder menggambarkan simbol kenthongan, yang mengingatkan kita pada unsur penerangan tradisional. Fungsi modern penerangan juga diwakili oleh Menara Antena yang menopang silinder tersebut.

Mobil OB van TVRI, salah satu koleksi yang dimiliki Museum Penerangan. (sumber: muspen.kominfo.go.id)

Pameran di Museum Penerangan terbagi menjadi dua bagian, yaitu di dalam dan di luar gedung. Koleksi di luar termasuk berbagai kendaraan bersejarah seperti mobil siaran dari Televisi Republik Indonesia (TVRI), Radio Republik Indonesia (RRI), serta mobil siaran TVRI pertama yang digunakan saat Asian Games IV tahun 1962. Pameran ini memberikan gambaran awal perkembangan media di Indonesia.

Lantai satu menampilkan sejarah komunikasi melalui berbagai media seperti film, radio, televisi, tatap muka, dan media tradisional. Terdapat juga diorama yang menggambarkan operasional penerangan dalam berbagai konteks seperti pelayanan masyarakat desa, pencerdasan nasional, dan penanggulangan bencana alam. Koleksi langka seperti mesin ketik huruf Jawa dari Keraton Surakarta, kamera perekam rapat pertama dari Kabinet RI, dan Radio Oemoem tahun 1940 juga disajikan di sini.

Salah satu sisi bagian yang berada dalam Museum Penerangan. (sumber: https://lh3.googleusercontent.com/p/AF1QipP91MnGW6YfoJu3_TgddAyuVAtRy0ZfnULphwLV=s680-w680-h510)

Lantai dua memamerkan relief sepanjang 100 m yang menggambarkan perjalanan penerbangan Indonesia dalam lima periode serta peran penerangan dalam memperkuat identitas bangsa. Di sini juga terdapat diorama yang mengilustrasikan peran penting penerangan dalam membangkitkan nasionalisme, menyatukan bangsa, dan mendorong pembangunan. Salah satu sorotan utama adalah lukisan raksasa wajah Dr. Wahidin Soedirohusodo, karya Sumidjo, yang menjadi lukisan terbesar di Indonesia.

Lantai tiga menyajikan tiga studio mini dari PFN, RRI, dan TVRI, serta display foto transparan. Museum Penerangan juga mendorong peran serta aktif masyarakat dalam pengembangan museum ini, seperti yang tercermin dalam koleksi sumbangan dari tokoh seperti Djamaludin Adinegoro, Ismail Marzuki, dan Adam Malik, yang ditempatkan dalam ruang istimewa.

Melalui Museum Penerangan, warisan sejarah komunikasi dan penerangan Indonesia dijaga, dipelajari, dan dihargai. Museum ini bukan hanya mengenang perjalanan komunikasi di masa lalu, tetapi juga memberikan wawasan bagi generasi masa kini dan masa depan tentang bagaimana media memainkan peran krusial dalam membangun bangsa. Dengan peran serta masyarakat yang berkelanjutan, Museum Penerangan akan terus menjadi tempat yang menginspirasi dan mendidik tentang nilai-nilai komunikasi dan penerangan yang mendasar bagi kemajuan bangsa.

Share:

Jumlah Pengunjung

Populer