Makam Sabokingking: Peninggalan Bersejarah di Palembang

Makam Sabokingking. (sumber: tribunsumselwiki.tribunnews.com)

Makam Sabokingking, juga dikenal sebagai Situs Telaga Batu, adalah salah satu peninggalan bersejarah yang sangat penting di Palembang. Terletak sekitar 500 meter sebelah utara dari makam Gede ing Suro, kompleks makam ini memiliki sejarah yang kaya dan penting bagi kota Palembang. Berdasarkan koordinat astronomisnya, makam ini terletak pada titik S 02º58’24.1” dan E 104º47’24.3”.

Keberadaan Makam Sabokingking sudah tercatat sejak masa sebelum Islam tiba di Palembang, yaitu pada masa Sriwijaya sekitar abad ke-7 Masehi. Hal ini didukung oleh temuan Prasasti Telaga Batu, yang berasal dari periode Sriwijaya, dan yang ditemukan di lokasi ini. Prasasti ini menunjukkan adanya aktivitas makam dan keberadaan struktur sosial masyarakat pada masa itu.

Kompleks makam Sabokingking memiliki denah berbentuk empat persegi panjang dengan beberapa teras. Kompleks ini dikelilingi oleh air yang menyerupai pulau di tengah danau, dan dapat diakses melalui jalan semen yang menghubungkan bangunan utama dengan daratan. Bangunan utama makam ini memiliki atap berbentuk limasan dan terdiri dari beberapa teras dengan lantai bertingkat.

Teras Pertama:

Teras pertama di kompleks makam Sabokingking adalah tempat makam seorang panglima besar bernama Ki Mas Agus Bodrowongso atau Ki Abdurahman. Makam ini terletak di bagian paling bawah sebelah barat bangunan. Selain itu, terdapat makam para panglima lain yang kedudukannya lebih rendah dibandingkan dengan panglima yang dimakamkan di teras kedua.

Teras Kedua:

Pada teras kedua, terdapat empat makam yang penting.

Teras Ketiga:

Teras ketiga adalah teras tertinggi dalam kompleks makam Sabokingking dan merupakan tempat makam tokoh-tokoh penting. Terdapat 21 makam di teras ini yang disusun dari barat ke timur, dengan arah hadap utara-selatan. Beberapa tokoh yang dimakamkan di teras ini adalah Pangeran yang meninggal di Kenayan, Raden Ayu Ratu Sinuhun, dan Tuan Sayid (Moh. Umar Al Idrus).

Makam ketiga tokoh tersebut ditempatkan dalam satu cungkup berdenah segi empat dengan konstruksi tiang kayu. Konstruksi cungkup ini memiliki hiasan seperti gerigi pada bagian pelipitnya dan pola sulur gelung, mencerminkan nilai-nilai estetika klasik.

Selain tokoh-tokoh di atas, terdapat juga makam-makam lain di teras ketiga, seperti Raden Usman (Purbaya), Putri Sloko, Fatimah Tussadiah, Panglima Moh. Akil, Raden Dendik, Jangsari, Raden Wancik (Kuncung mas), Nyi Mas Ayu Rokiah Khasanah, Putri Perak, Tu Bagus, Jiro Sentiko, Pangeran Ratu Pasarean, Pangeran Antasari (adik Sinuhun), Putri Ayu, Putra Adi Kusuma, Ki Mas Gede Marta, Putri Cilik, dan Putri Menur.

Makam Sabokingking bukan hanya sebagai situs bersejarah tetapi juga sebagai tempat peziarah yang datang untuk mengenang dan mendoakan para tokoh yang dimakamkan di sana. Keberadaan makam ini mencerminkan pentingnya menjaga warisan budaya dan sejarah, serta memahami peran tokoh-tokoh tersebut dalam perkembangan Palembang dan sekitarnya selama berabad-abad. Semoga makam Sabokingking terus dijaga dan dilestarikan untuk generasi mendatang.

Share:

Jumlah Pengunjung

Populer