Pemakaman Gede ing Suro: Situs Bersejarah Penyebaran Islam di Palembang

Komplek situs Makam Gede Ing Suro. (sumber: nasional.okezone.com)

Pemakaman Gede ing Suro adalah salah satu situs bersejarah yang mengungkapkan warisan sejarah penyebaran Islam di Palembang. Situs ini berlokasi di kompleks pemakaman Ki Gede Ing Suro dan para pengikut serta keturunannya. Ki Gede Ing Suro adalah putra dari Ki Gede Ing Lautan, yang merupakan salah satu dari 24 bangsawan Kerajaan Demak di Pulau Jawa. Mereka berpindah ke Palembang pada abad ke-16 M, mengikuti perpindahan orang-orang muslim dari Demak, Pajang, dan Mataram yang dipicu oleh situasi politik yang tidak stabil.

Struktur Makam

Makam ini memiliki struktur bangunan berbentuk persegi panjang yang mirip dengan bentuk bangunan bujur sangkar. Bangunan ini terbuat dari bata dengan ketebalan antara 9-10 lapis bata. Pada sisi selatan bangunan, terdapat tangga bata dengan 5 anak tangga dan hiasan lengkung yang menambah keindahan makam ini. Di dinding struktur bangunan ini, terdapat panel dengan hiasan silang dan motif hias medalion yang memberikan sentuhan estetika yang khas.

Makam Pertama: Makam Tan Pualang Cian Cing

Makam pertama di dalam kompleks ini adalah Makam Tan Pualang Cian Cing yang terletak di sebelah barat. Makam ini memiliki ukuran panjang 3,50 meter, lebar 1,14 meter, dan tebal 3 lapis bata. Di dalam makam ini, terdapat dua buah nisan yang terbuat dari kayu. Nisan pertama memiliki inskripsi yang menyebutkan tokoh Tan Poo Toulang, sementara nisan kedua memiliki inskripsi yang menyebutkan Panglima Ngadireja Mangkubumi.

Makam Kedua: Makam Gede ing Suro

Makam kedua adalah Makam Gede ing Suro yang terletak di sebelah timur. Makam ini memiliki ukuran yang serupa dengan makam pertama, yaitu panjang 3,50 meter, lebar 1,14 meter, dan tebal 3 lapis bata. Di dalam makam ini, terdapat dua buah nisan di sebelah utara dan selatan. Nisan di sebelah utara memiliki inskripsi yang menyebutkan nama Ki Gede ing Suro, sementara nisan di sebelah selatan memiliki inskripsi yang, sayangnya, sudah tidak dapat terbaca.

Latar Belakang Sejarah

Kompleks pemakaman Gede ing Suro memiliki latar belakang sejarah yang kaya. Ki Gede Ing Suro dan ayahnya, Ki Gede Ing Lautan, adalah bagian dari bangsawan Kerajaan Demak di Pulau Jawa yang mencari perlindungan di Palembang pada abad ke-16 M akibat kekacauan situasi politik di Jawa. Ki Gede Ing Suro kemudian mendirikan Kerajaan Palembang pada tahun 1552. Meskipun Ki Gede Ing Suro sendiri tidak memiliki keturunan, ia mengangkat keponakannya, Ki Mas Anom, untuk menggantikannya sebagai penguasa Kerajaan Palembang.

Pada tahun 1565-1567 M, Ki Gede Ing Suro Mudo, pengganti Ki Gede Ing Suro, meninggal dunia dan dikebumikan di kompleks pemakaman ini bersama dengan pengikutnya.

Penemuan Kembali oleh Orang Belanda

Makam Gede ing Suro baru dikenal kembali oleh orang Belanda pada sekitar tahun 1930. Sebelumnya, situs ini kurang dikenal atau bahkan tidak diketahui oleh masyarakat setempat karena daerah makam Gede ing Suro merupakan hutan Keraton Palembang Darussalam. Selain itu, bangunan-bangunan makam pendahulu Kesultanan Palembang Darussalam yang terbuat dari kayu telah dibakar oleh Belanda pada abad ke-17 M, sehingga mengakibatkan kehancuran bangunan makam dan menghilangkan jejak-jejak sejarah. Sejak saat itu, keberadaan makam Gede ing Suro dan sekitarnya hampir terlupakan oleh masyarakat Palembang.

Pemakaman Gede ing Suro adalah saksi bisu dari perjalanan panjang Islam di Palembang dan menunjukkan pentingnya pelestarian sejarah dan warisan budaya bagi masyarakat setempat dan negara secara keseluruhan.

Share:

Jumlah Pengunjung

Populer