Pada edisi kali ini, kita akan bergeser sedikit ke sebelah timur dari Benteng Kuto Besak, tepatnya ke Museum Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang. Museum ini, selain difungsikan sebagai museum, juga menjadi kantor dinas kebudayaan Kota Palembang. Area bangunan ini dulunya merupakan bekas keraton Kuta Lama dan sempat difungsikan sebagai kantor residen kolonial. Bagaimana sejarahnya secara lebih lengkap, mari kita ulas.
Sejarah
Lokasi museum ini awalnya adalah lokasi Kuta Lama, istana tua Sultan Mahmud Badaruddin I (1724–1758), penguasa Kesultanan Palembang. Setelah penghapusan Kesultanan Palembang, istana Kuta Lama dihancurkan oleh pemerintah kolonial Inggris pada 7 Oktober 1823. Penghapusan Kesultanan adalah bentuk hukuman yang dijatuhkan oleh pemerintah kolonial Inggris terhadap Kesultanan Palembang akibat pembantaian yang terjadi di penginapan Belanda Sungai Alur, meskipun ini mungkin telah menjadi gerakan politik untuk menghapus kedaulatan Kesultanan atas kota tersebut.
Segera setelah pembongkaran Kuta Lama, pada tahun 1823, sebuah gedung baru dibangun di atas reruntuhannya. Bangunan pertama selesai pada tahun 1824 dan diberi nama Gedung Siput. Belakangan sebuah bangunan kembali dibangun dalam gedung yang saat ini berdiri di situs tersebut. Bangunan baru adalah bangunan batu dua lantai yang dibangun dengan gaya yang memadukan gaya Eropa dengan arsitektur tropis Hindia, berfokus pada gaya rumah bari tradisional yang ditemukan di Palembang. Pada tahun 1825, gedung itu digunakan sebagai kantor untuk residen kolonial. Pada tahun 1920-an bangunan tersebut direnovasi dengan penambahan lebih banyak kaca.
Selama Perang Dunia II, bangunan tersebut digunakan sebagai markas militer Jepang. Setelah kemerdekaan Indonesia, gedung tersebut menjadi markas besar Tentara Nasional Indonesia bernama Kodam II/Sriwijaya untuk waktu yang singkat. Kemudian diserahkan kepada pemerintah kota Palembang sebelum akhirnya diubah menjadi museum pada tahun 1984. Pengambilan benda-benda untuk Museum Sultan Mahmud Badaruddin II dimulai pada tahun 1984 ketika rumah bari, sebuah rumah limas yang otentik, diangkut ke lokasi baru di Museum Balaputradeva. Beberapa koleksi yang sebelumnya disimpan di rumah bari dipindahkan ke Museum Sultan Mahmud Badaruddin II.
Museum ini buka setiap hari, tapi khusus Senin hanya buka setengah hari. Tiket masuknya dikenakan harga Rp1.000 untuk anak-anak dan pelajar, Rp2.000 untuk mahasiswa, Rp5.000 untuk umum, dan Rp20.000 untuk turis mancanegara.
Koleksi Museum
Sebagaimana museum pada umumnya, museum ini memamerkan berbagai macam benda antik peninggalan Kesultanan Palembang, diantaranya adalah:
Prasasti Talang Tuo
Ketika Anda berkunjung ke museum ini, Anda akan menemukan Prasasti Talang Tuo yang merupakan prasasti dari Kesultanan Palembang. Namun, prasasti yang tersedia di sana merupakan replika yang dibuat semirip mungkin dengan prasasti aslinya.
Berbagai Macam Koleksi Tekstil
Berikutnya, dalam museum ini Anda akan menemukan berbagai koleksi tekstil dari Kesultanan Palembang, termasuk kain tekstil kerajinan tangan dan pakaian tradisional khas dari daerah Palembang dan Kesultanan Palembang yang dipamerkan.
Berbagai Macam Peninggalan Kesultanan Palembang
Di Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, Anda akan menemukan berbagai jenis koleksi peninggalan Kesultanan Palembang, seperti kerajinan besi dan logam, koin dari Sumatera Selatan, serta berbagai senjata milik kesultanan.
Artefak Kerajaan Sriwijaya
Tidak hanya di dalam ruangan, Anda juga dapat menemukan beragam artefak dari kerajaan yang dulunya pernah berkuasa di Palembang, yakni Sriwijaya, di bagian kebun museum. Di sana, terdapat patung Budha dan Ganesha yang terawat dengan baik.
Itulah tadi ulasan singkat dari Museum Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang. Selain menjadi bangunan cagar budaya dan menjadi salah satu saksi bisu perjalanan kota Palembang hingga saat ini, museum ini juga bisa menjadi sarana wisata edukasi untuk menambah wawasan pengetahuan seputar Kesultanan Palembang. Selain itu, kunjungan ke museum ini juga dapat meningkatkan kecintaan kita terhadap kota tercinta. Jika Anda sedang berada di kawasan Benteng Kuto Besak, jangan lupa untuk mampir ke museum ini. Sampai jumpa di artikel berikutnya.