Novel picaresque adalah genre sastra yang menggambarkan petualangan karakter protagonis yang sering kali memiliki karakter yang tidak biasa dan ambivalen. Kendati novel picaresque secara historis berasal dari Eropa, genre ini juga ditemukan dalam sastra Indonesia modern. Artikel ini akan membahas beberapa contoh novel picaresque karya penulis Indonesia yang menarik.
1. "Jalan Tak Ada Ujung" oleh Mochtar Lubis (1966)
"Jalan Tak Ada Ujung" adalah karya Mochtar Lubis yang dikenal sebagai salah satu sastrawan terkemuka Indonesia. Novel ini mengikuti petualangan karakter utama, Ahmad, yang memiliki latar belakang sosial yang sulit. Ahmad terlibat dalam berbagai situasi konflik sosial dan politik, menjadikannya karakter yang ambivalen. Novel ini mempertanyakan moralitas dan etika dalam konteks lingkungan yang tidak stabil.
2. "Cinta Tak Ada Mati" oleh Motinggo Busye (1979)
Novel ini ditulis oleh Motinggo Busye, seorang penulis yang terkenal dengan karyanya yang penuh dengan petualangan. "Cinta Tak Ada Mati" mengikuti perjalanan karakter utama, Mursala, yang merupakan tokoh yang ambivalen dan sering terlibat dalam situasi yang rumit. Karya ini menggambarkan kehidupan masyarakat Minangkabau dengan latar belakang sosial, budaya, dan politik yang kompleks.
3. Pramoedya Ananta Toer: Bumi Manusia (1980), Anak Semua Bangsa (1980), Jejak Langkah (1985), Rumah Kaca (1988)
Pramoedya Ananta Toer, salah satu penulis terbesar Indonesia, juga memiliki elemen-elemen picaresque dalam beberapa karyanya. Seri novel Buru Quartet, yang terdiri dari "Bumi Manusia", "Anak Semua Bangsa", "Jejak Langkah", dan "Rumah Kaca", mengikuti perjalanan karakter utama, Minke, yang berada dalam berbagai situasi konflik sosial dan politik selama masa kolonialisme Belanda di Indonesia. Minke adalah karakter yang ambivalen dan menghadapi berbagai tantangan dalam menjelajahi kehidupan pada zamannya.
4. "Ronggeng Dukuh Paruk" oleh Ahmad Tohari (1982)
Karya Ahmad Tohari ini menggambarkan kehidupan seorang ronggeng (penari tradisional) bernama Srintil di desa Dukuh Paruk. Srintil mengalami berbagai peristiwa dramatis dan menghadapi konflik sosial yang rumit dalam cerita ini. Novel ini mempertanyakan tradisi dan nilai-nilai dalam masyarakat pedesaan Jawa, menjadikannya salah satu contoh picaresque dalam sastra Indonesia.
Novel picaresque di Indonesia sering kali menghadirkan cerita-cerita dengan karakter protagonis yang ambivalen dan menjelajahi kehidupan dalam konteks sosial dan politik yang kompleks. Karya-karya ini menawarkan sudut pandang yang berbeda dalam sastra Indonesia dan memungkinkan pembaca untuk memahami karakter dan petualangan yang tidak biasa.