Ayam Betutu: Kuliner Khas Bali yang Menggugah Selera dan Sejarahnya yang Kaya

Halo para pembaca Inkarnasi Kata, dalam artikel kali ini kami akan membahas kuliner tradisional Bali yang sangat istimewa, yaitu ayam betutu. Mari kita lanjutkan untuk mengeksplorasi kuliner yang lezat ini.

Ayam betutu, makanan khas Bali. (sumber: www.food.detik.com)

Ayam betutu adalah hidangan khas Bali yang terbuat dari ayam utuh atau bebek yang diisi dengan bumbu, lalu dipanggang di atas api sekam. Lauk pauk ini dibuat dari daging ayam yang telah dibersihkan, kemudian diselimuti oleh bumbu khas Bali yang dikenal sebagai "base genep," yang meratakan di seluruh permukaan daging ayam dan sebagian lagi dimasukkan ke dalam rongga perutnya. Daging ayam yang sudah meresap bumbu ini kemudian direbus atau langsung dipanggang hingga menghasilkan aroma khas yang menggugah selera. Aroma lezat ini muncul karena adanya pemanasan yang mengakibatkan air dan lemak dalam daging menguap. Semakin banyak uap yang dihasilkan, semakin kuat dan nikmat aromanya.

Sejarah

Ayam betutu, sebuah hidangan khas Bali, memiliki akar sejarah yang berawal pada tahun 1976, diciptakan oleh Ni Wayan Tempeh atau Men Tempeh dari Abiansi, Gianyar, dan suaminya, I Nyoman Suratna dari Bangli. Mereka membuka warung ayam betutu di Gianyar. Nama betutu sendiri berasal dari kata "be" yang berarti daging dan "tunu" yang berarti bakar, secara harfiah berarti daging yang dibakar.

Secara tradisional, ayam betutu adalah ayam yang dilumuri dengan bumbu khas Bali yang dikenal sebagai "base genep" dan dipanggang di atas api sekam. Namun, seiring perkembangan zaman, proses pembuatan ayam betutu juga menggunakan oven atau alat panggang modern lainnya.

Awalnya, ayam betutu adalah hidangan yang disajikan dalam upacara keagamaan dan upacara adat di Bali, seperti otonan, odalan, dan pernikahan. Proses pengolahan ayam betutu khasnya melibatkan pembungkusan dengan daun pinang dan pemanggangan dengan bara sekam dalam tanah yang sudah dipanaskan. Metode ini adalah warisan dari masa Majapahit pada abad ke-16, ketika pengaruh Islam mulai masuk ke Jawa dan banyak pemeluk Hindu Majapahit pergi ke Bali, membawa pengaruh budaya termasuk dalam kuliner. Awalnya, ayam betutu memiliki rasa manis yang berasal dari pulau Jawa karena pengaruh Islam yang luas di sana. Namun, setelah dibawa ke Bali, cita rasa hidangan ini berubah menjadi pedas karena bumbu khas Bali.

Hingga saat ini, ayam betutu tetap menjadi hidangan khas pulau Bali, mencerminkan sejarah dan perpaduan budaya yang unik di pulau tersebut.

Etimologi

Kata "betutu" memiliki asal-usul dari bahasa Bali, dengan "tunu" yang berarti "bakar" dan digabung dengan "be" yang berarti "daging." Oleh karena itu, secara harfiah, "betutu" dapat diartikan sebagai daging yang dibakar. Ini menjelaskan bahwa ayam betutu adalah ayam yang dipersiapkan dengan cara memanggang.

Perayaan

Menurut tradisi Bali, ayam betutu biasanya disiapkan dan disajikan dalam berbagai upacara adat seperti odalan, otonan, dan pernikahan. Selain itu, hidangan betutu juga digunakan dalam konteks upacara keagamaan dan adat istiadat, serta dijual sebagai hidangan di berbagai tempat. Tidak hanya masyarakat Bali yang menikmati ayam betutu ini, tetapi juga para wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali, terutama di hotel-hotel dan restoran-restoran tertentu. Makanan ini sering dijadikan oleh-oleh oleh para pengunjung setelah mengunjungi Bali, dan menjadi salah satu favorit di kalangan mereka. Karena tingginya minat terhadap hidangan khas ini, banyak pusat oleh-oleh di Bali yang menyediakan ayam betutu.

Kandungan Gizi

Ayam betutu mengandung berbagai zat gizi, termasuk kadar air sebesar 60,87%, kadar abu sebesar 1,84%, kadar protein sebesar 14,69%, kadar lemak sebesar 1,27%, dan kadar karbohidrat sebesar 21,33%.

Demikianlah informasi singkat tentang ayam betutu, salah satu kuliner khas Bali. Jika Anda ingin mencicipi ayam betutu, Anda dapat mengunjungi para penjual ayam betutu di daerah Anda, atau jika tidak tersedia, Anda bisa mencari berbagai resep ayam betutu dan mencoba membuatnya sendiri. Ini adalah akhir dari artikel kuliner tradisional kali ini. Sampai jumpa pada artikel kuliner selanjutnya.

Share:

Jumlah Pengunjung

Populer