Lokananta: Dari Studio Rekaman Hingga Destinasi Wisata Budaya Musik

Lokananta adalah entitas yang bersejarah sebagai bekas badan usaha milik negara Indonesia yang fokus pada kegiatan perekaman musik. Berbasis di Kota Surakarta, Jawa Tengah, perusahaan ini saat ini berperan sebagai salah satu cabang dari Percetakan Negara Republik Indonesia. Di balik sejarahnya yang kaya, Lokananta juga memiliki keunikan dengan menyimpan arsip file betamax yang berisi rekaman versi "Seberkas Sinar 2M-D" oleh Nike Ardilla, sebuah karya yang telah melampaui waktu dan melibatkan Dian Nitami, pada tahun 1990 dengan label MEDIA MASA DEPAN (2M-D).

Sejarah

Studio rekaman Lokananta. (sumber: Arsip digital Pemerintah Kota Surakarta)

Perusahaan Lokananta pertama kali didirikan berkat inisiatif R. Maladi pada tanggal 29 Oktober 1956 dengan nama "Perusahaan Piringan Hitam Lokananta," yang merupakan bagian dari Jawatan Radio Kementerian Penerangan Republik Indonesia. Nama "Lokananta" memiliki arti yang mendalam, yakni "seperangkat gamelan surgawi dalam pewayangan Jawa yang dapat berbunyi sendiri dengan merdu." Fokus utama Lokananta saat itu adalah menduplikasi materi siaran dari RRI. Meskipun sempat diusulkan untuk diberi nama "Indra Vox" (singkatan dari Indonesia Raya Vox), usulan tersebut ditolak oleh Presiden Soekarno. Pada tahun 1958, perusahaan ini mulai mencoba memasarkan piringan hitamnya ke masyarakat melalui RRI.

Kemudian, pada tahun 1961, status Lokananta diubah menjadi perusahaan negara dengan nama "PN Lokananta." Perusahaan mulai mengembangkan bidang usahanya menjadi label rekaman dengan spesialisasi pada lagu daerah dan pertunjukan kesenian, serta penerbitan buku dan majalah. Pada tahun 1972, produksi audio Lokananta berpindah dari piringan hitam ke kaset. Pada tahun 1983, Lokananta membentuk unit penggadaan film dalam format pita magnetik seperti Betamax dan VHS. Pada tahun 2004, pemerintah menggabungkan Lokananta ke dalam Perum Percetakan Negara RI (PNRI), menjadikannya sebagai cabang dari perusahaan tersebut. Sebagai cabang PNRI, bisnis Lokananta meliputi perekaman musik, duplikasi audio (kaset & CD), penyiaran, percetakan, dan penerbitan.

Pada tanggal 21 Februari 2017, Lokananta menjalin kerja sama dengan Langit Musik, memungkinkan lagu-lagu dari artis seperti Waldjinah dan lainnya yang tersimpan di Lokananta dapat dinikmati melalui platform tersebut. Sejumlah lagu yang ada di Lokananta juga dapat diakses melalui berbagai platform streaming seperti Joox, Spotify, dan Deezer.

Pustaka Rekaman

Lokananta memiliki koleksi yang kaya dan beragam, termasuk ribuan lagu-lagu daerah dari seluruh Indonesia serta lagu-lagu pop lama, termasuk keroncong. Selain itu, perusahaan ini memiliki lebih dari 53.000 keping piringan hitam dan 5.670 master rekaman daerah. Bahkan, koleksinya mencakup rekaman pidato-pidato Presiden Soekarno dan master Proklamasi, menghadirkan sepotong sejarah yang berharga.

Koleksi Lokananta mencakup berbagai jenis musik tradisional Indonesia, seperti gamelan Jawa, Bali, Sunda, dan Sumatra Utara (Batak), serta musik daerah lainnya dan lagu-lagu folklore atau rakyat yang penciptanya tidak diketahui. Rekaman gending karawitan gubahan dalang terkenal Ki Nartosabdo, serta karawitan Jawa dari Surakarta dan Yogyakarta, menjadi bagian dari harta koleksi Lokananta. Tersimpan juga master lagu dari penyanyi legendaris seperti Gesang, Waldjinah, Titiek Puspa, Bing Slamet, Buby Chen, dan Sam Saimun. Lokananta juga memiliki kontribusi penting dalam melahirkan beberapa penyanyi ternama di Indonesia.

Selain itu, Lokananta terlibat dalam produksi berbagai karya yang memperkaya industri musik Indonesia. Sebagai contoh, mereka memproduksi lagu "Rasa Sayange" bersama dengan lagu-lagu daerah lainnya dalam satu piringan hitam. Piringan hitam ini dibagikan kepada kontingen Asian Games pada tanggal 15 Agustus 1962. Pada tahun 2018, piringan hitam "Souvenir From Indonesia" (Asian Games 1962) dicetak ulang dalam bentuk Boxset CD, dan dibagikan kepada setiap atlet yang berpartisipasi dalam Asian Games & Asian Para Games 2018.

Lokananta juga mempunyai kehormatan memproduksi rekaman resmi pertama dari lagu kebangsaan "Indonesia Raya" dalam versi 3 stanza dengan aransemen oleh Josef Cleber. Pada tanggal 18 hingga 20 Mei 2017, lagu kebangsaan ini direkam ulang oleh Gita Bahana Nusantara di bawah asuhan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menunjukkan peran penting Lokananta dalam melestarikan warisan budaya Indonesia.

Studio

Salah satu ruangan dan mixer yang ada di studio Lokananta. (sumber: ensiklopediajawatengah.com)

Pada tahun 1985, Studio Lokananta diresmikan oleh Menteri Penerangan Harmoko. Studio ini memiliki luas 14 x 31 meter, memberikan ruang yang luas untuk pelaksanaan rekaman dengan akustik ruangan yang sangat baik. Dengan fasilitas ini, Studio Lokananta menjadi studio terbesar di Indonesia hingga saat ini.

Studio Lokananta bukan hanya sekadar sebuah fasilitas, tetapi juga telah menjadi tempat bersejarah bagi banyak musisi dan acara penting. Salah satunya adalah Didi Kempot, seorang musisi legendaris, yang menggunakan studio ini dalam konser bertajuk "Konser Amal Dari Rumah" yang diadakan oleh Kompas TV pada tahun 2020. Konser ini tidak hanya memberikan hiburan kepada masyarakat, tetapi juga berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 7,6 miliar untuk membantu menanggulangi pandemi Covid-19. Sayangnya, konser ini juga menjadi konser terakhir bagi Didi Kempot sebelum beliau wafat. Studio Lokananta, dengan segala sejarah dan peran pentingnya, terus menerus menjadi bagian yang signifikan dalam industri musik dan budaya Indonesia.

Info Terkini

Pada tanggal 18 April, sebuah tonggak penting tercapai dengan penandatanganan ringkasan utama kerjasama pengelolaan Lokananta antara PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA), yang diwakili oleh Rizwan Rizal Abidin (Direktur Investasi 1 & Restrukturisasi), dan PT Ruang Riang Lokananta sebagai operator, yang diwakili oleh Wendi Putranto (CEO Lokanantabloc).

Melalui inisiatif ini, Lokananta akan diubah menjadi destinasi wisata cagar budaya yang juga menawarkan ruang kreatif publik komersial dengan fokus pada musik. Di kawasan ini, rencananya akan didirikan studio rekaman baru, galeri seni, ruang musik, dan ruang pameran sejarah. Selain itu, pengunjung akan dapat menemukan toko cinderamata, ruang konser, ampiteater, berbagai gerai makanan dan minuman (F&B), serta gerai Usaha Kecil Menengah (UKM) yang terkurasi.

Dengan transformasi ini, para pengunjung di masa depan akan dapat merasakan berbagai aktivitas seru di dalam kawasan Lokananta yang baru. Mereka bisa menikmati pertunjukan konser, menyaksikan atraksi seni budaya, berpartisipasi dalam proses rekaman musik, mengunjungi pameran musik, berbelanja vinyl dan cinderamata musik, terlibat dalam kegiatan komunitas, menikmati suasana di kafe, atau bahkan sekadar bersantai menikmati sore di ampiteater Lokananta yang indah. Semua ini menunjukkan komitmen untuk memajukan industri musik dan budaya di Indonesia melalui ruang yang kreatif dan inspiratif seperti Lokananta.

Share:

Jumlah Pengunjung

Populer