Masjid Agung Palembang: Landmark Bersejarah dan Arsitektur yang Megah

Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo Palembang. (sumber: bimas.com)

Masjid Agung Palembang, atau dikenal juga sebagai Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin, adalah salah satu mercusuar budaya dan keagamaan yang ikonik di Palembang, Sumatera Selatan. Terletak di Jalan Jenderal Sudirman, 19 Ilir, Bukit Kecil, Kota Palembang, masjid ini telah menjadi penanda penting dalam sejarah dan perkembangan kota ini.

Landmark dan Lokasi yang Strategis

Masjid Agung Palembang adalah masjid terbesar di kota ini dan memiliki lokasi yang sangat strategis. Terletak hanya sekitar 400 meter dari Jembatan Ampera, masjid ini menjadi salah satu titik orientasi penting bagi penduduk Palembang. Kawasan sekitar masjid, 19 Ilir, adalah salah satu kawasan asli yang telah lama dihuni oleh masyarakat Palembang dan komunitas Arab.

Sejarah Panjang yang Terawetkan

Sejarah Masjid Agung Palembang melibatkan banyak fase pembangunan dan renovasi. Awalnya, masjid ini dikenal sebagai Masjid Sultan, dan pembangunannya diperintahkan oleh Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo pada abad ke-18. Pembangunan masjid ini memakan waktu 10 tahun, dimulai pada tahun 1738 hingga 1748. Masjid ini pertama kali diresmikan untuk tempat ibadah pada tanggal 28 Jumadil Awal 115 H atau 26 Mei 1748, sehingga saat ini, masjid telah berusia 274 tahun.

Menara masjid, yang terletak di sebelah barat, baru dibangun sekitar 10 tahun setelah pembangunan masjid pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Najamudin (1758-1774). Menara ini memiliki pola segi enam dengan tinggi mencapai 20 meter. Menara ini memiliki arsitektur yang mencirikan pengaruh Tiongkok dengan atap melengkung pada bagian ujungnya dan atap genteng.

Renovasi yang Berkesan

Seiring berjalannya waktu dan beberapa peristiwa sejarah, Masjid Agung Palembang mengalami berbagai perombakan dan perbaikan. Pada tahun 1970, Pertamina mensponsori pembangunan menara baru yang memiliki tinggi mencapai 45 meter. Menara ini berdampingan dengan menara asli dengan gaya arsitektur Cina yang mencolok.

Pada tahun 2003, masa Gubernur Sumatera Selatan H. Rosihan Arsyad (1998-2003), dilakukan renovasi besar-besaran di masjid ini. Renovasi tidak hanya memperbaiki bangunan yang rusak tetapi juga menambahkan tiga bangunan baru di bagian utara, selatan, dan timur masjid. Arsitektur hasil renovasi ini mencerminkan pengaruh dari tiga budaya yang berbeda, yaitu Indonesia, Tiongkok, dan Eropa. Pintu masuk besar dan tinggi mencerminkan arsitektur Eropa, sementara atap yang mirip kelenteng mencerminkan pengaruh Tiongkok.

Peran Masjid dalam Kehidupan Kota

Masjid Agung Palembang tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan keagamaan dan budaya. Selain digunakan untuk shalat, masjid ini juga menjadi tempat utama untuk shalat Idul Fitri dan Idul Adha, serta berbagai kegiatan Islami, seperti kajian Islam dan majelis taklim.

Meskipun banyak masjid modern dan besar telah dibangun di daerah lain di Indonesia, Masjid Agung Palembang tetap menjadi penanda penting dalam sejarah dan perkembangan kota ini. Keindahan arsitektur dan nilai sejarah yang terkandung di dalamnya menjadikannya salah satu tempat yang patut dikunjungi di Palembang.

Share:

Jumlah Pengunjung

Populer