Palembang, sebagai kota tertua di Indonesia, memiliki sejarah panjang yang berkaitan dengan penyebaran agama Islam di Nusantara. Salah satu tokoh penting dalam sejarah ini adalah Ratu Bagus Kuning, yang juga dikenal dengan nama Putri Mulya Syarifah Mahani binti Syekh Dik Syekh Zainal Abidin Al Abib Yama dari Putra Sayyidina Hussein r.a bin Sayyidina Ali.
Perjalanan Menuju Palembang
Ratu Bagus Kuning diyakini memiliki peran signifikan dalam penyebaran Islam di Bumi Sriwijaya. Perjalanan spiritualnya dimulai setelah ia mendapatkan bisikan gaib yang mengarahkannya untuk menyebarkan ajaran Islam. Awalnya, Ratu Bagus Kuning tidak langsung menuju Palembang; ia berhenti di kawasan Batang Hari Sembilang, yang sekarang merupakan bagian dari Provinsi Jambi.
Di sana, ia berhadapan dengan 11 orang pendekar yang tangguh. Namun, dengan kesaktiannya, Ratu Bagus Kuning berhasil mengalahkan mereka dan membawa mereka ke jalan Islam. Para pendekar ini kemudian dipercayai menjadi penghulu, pemimpin masyarakat, yang memegang peran penting dalam penyebaran agama Islam. Beberapa di antaranya, seperti Putri Kembang Dadar, Putri Rambut Selako, dan Bujang Juaro, memiliki makam mereka di Bukit Seguntang, Palembang.
Perjalanan ke Palembang
Ratu Bagus Kuning dan pengikutnya kemudian melanjutkan perjalanan ke Palembang, yang kini menjadi salah satu kota terkemuka di Sumatera Selatan. Mereka beristirahat di wilayah Kecamatan Plaju, hulu Kota Palembang. Namun, mereka menyadari bahwa tempat itu adalah kerajaan siluman kera.
Para siluman ini merasa terganggu dengan kehadiran rombongan Ratu Bagus Kuning dan menantang mereka untuk bertarung. Ratu Bagus Kuning kemudian bertarung dengan raja siluman kera, dengan syarat pihak yang kalah harus tunduk dan menjadi pengikut pihak yang menang.
Akhirnya, raja siluman kera tunduk pada Ratu Bagus Kuning, dan para siluman kera tersebut pun menjadi pengikutnya. Ratu Bagus Kuning memutuskan untuk menetap di wilayah tersebut dan mendirikan sebuah keraton. Ia mendapatkan gelar Panglima Ratu Bagus Kuning atas peran dan pengaruhnya yang besar dalam menyebarkan Islam.
Kehidupan dan Warisan
Meskipun dikenal sebagai seorang pemimpin spiritual yang kuat, Ratu Bagus Kuning tidak pernah menikah. Ia terus menyebarkan ajaran Islam sepanjang hidupnya. Masyarakat setempat percaya bahwa sejumlah kera yang ada di kompleks pemakamannya adalah pengikut setia Ratu Bagus Kuning yang masih menjaga makam tersebut. Ada sekitar 41 ekor kera di makam ini, dan kera-kera ini memiliki ekor yang panjang, sesuatu yang unik dan membedakan mereka dari kera-kera di tempat lain.
Meskipun keraton yang didirikan oleh Ratu Bagus Kuning telah lenyap, makamnya tetap berdiri kokoh hingga hari ini. Sayangnya, sebagian besar wilayah tersebut saat ini telah menjadi perumahan bagi karyawan perusahaan perminyakan yang dikenal sebagai PT Pertamina selama masa kolonial Belanda. Meski begitu, warisan Ratu Bagus Kuning tetap hidup dan dihormati oleh masyarakat Palembang sebagai bagian penting dari sejarah dan budaya mereka.