Kota Palembang, yang kaya akan sejarah dan budaya, juga memiliki jejak sejarah perkampungan Arab yang kaya. Penyebaran masyarakat Arab di Palembang dimulai saat Kesultanan Palembang memberikan izin kepada mereka untuk tinggal di wilayah tersebut. Masyarakat Arab kemudian memainkan peran penting dalam meningkatkan perekonomian Kesultanan Palembang. Jejak mereka masih dapat dilihat dalam bentuk perkampungan Arab di kota ini.
Jejak Awal Penyebaran Arab di Palembang
Jejak awal penyebaran masyarakat Arab di Palembang dimulai dengan membentuk kelompok-kelompok kecil yang kemudian berkembang menjadi sebuah perkampungan Arab. Faktor penting dalam pola penyebaran perkampungan Arab di kota ini adalah orientasinya terhadap sungai Musi.
Salah satu kampung Arab yang menonjol di Palembang adalah Kampung Assegaf, yang terletak di Kelurahan 16 Ulu. Keistimewaan kampung ini terletak pada adanya pabrik dan pengolahan air minum, yang membuatnya lebih mandiri daripada perkampungan Arab lainnya. Kampung Assegaf memainkan peran penting dalam sejarah Palembang, terutama pada masa penjajahan Belanda dan masa Kesultanan Palembang.
Peran Ekonomi dan Penyebaran Agama
Pentingnya Kampung Assegaf terletak pada peran penting masyarakat Arab dalam ekonomi dan penyebaran agama Islam. Pada masa lalu, perkampungan ini memiliki peran signifikan dalam memajukan perekonomian Palembang dan dalam menyebarkan ajaran Islam.
Bahkan hingga saat ini, Kampung Assegaf tetap memiliki peran ekonomi yang kuat. Selain peran ekonomi, kampung ini juga memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi, terutama dalam hal bangunan-bangunan tua yang mencerminkan perpaduan arsitektur lokal dan arsitektur kolonial Belanda.
Perkembangan Pola Permukiman di Kampung Assegaf
Perkembangan permukiman di Kampung Assegaf tidak terjadi secara bersamaan, melainkan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan jaman. Perkembangan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pertumbuhan populasi dan perkembangan ekonomi.
Bangunan pertama yang dibangun di Kampung Assegaf sebelum tahun 1920 adalah "Rumah Besak," yang terkenal karena ukuran dan megahnya. Bangunan ini merupakan awal dari pembentukan permukiman tradisional di kampung ini.
Seiring dengan pertambahan jumlah keturunan Habib Alwi bin Syech Assegaf, jumlah rumah di kampung ini juga bertambah. Rumah-rumah ini menghadap ke sungai Musi dan dibangun berdekatan satu sama lain, bahkan ada yang saling berhubungan di bagian belakang rumah. Rumah yang berhubungan di bagian belakang biasanya digunakan oleh dua keluarga yang memiliki hubungan kekerabatan dekat.
Habib Alwi bin Syech Assegaf juga membangun fasilitas seperti mushola, madrasah, water treatment, dan pabrik untuk mendukung kehidupan masyarakat di sekitar kampung. Pabrik pengolahan air bersih di kampung ini memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari. Air bersih diambil langsung dari Sungai Musi dan diolah menggunakan sistem water treatment di dalam pabrik. Kemudian, air hasil pengolahan disalurkan ke rumah-rumah dan fasilitas kampung untuk memenuhi kebutuhan air.
Dalam perkembangannya, kampung ini mengalami beberapa penambahan gedung pabrik dan rumah hunian, yang dibangun mengikuti orientasi tradisional ke sungai. Pabrik pertama dibangun pada tahun 1929, kemudian mengalami beberapa kali penambahan gedung pada tahun 1932, 1974, dan 1991.
Kampung Assegaf, dengan sejarahnya yang kaya dan peran pentingnya dalam perekonomian dan penyebaran agama Islam, tetap menjadi bagian berharga dari warisan budaya Palembang yang patut dijaga dan dihormati.