Pada era Hindia Belanda, Hotel Joling yang lebih dikenal dengan nama Hotel Schwartz merupakan salah satu hotel terkemuka di Kota Palembang. Hotel ini memiliki sejarah panjang yang mencerminkan perkembangan kota ini pada masa itu. Dibangun pada tahun 1923, hotel ini adalah hasil kerja sama antara pengusaha Tionghoa bernama Lim Kim Sik dan pemerintah kolonial Belanda.
Hotel Schwartz atau Hotel Joling menjadi ikon keunggulan dan kemewahan dalam bidang perhotelan di Palembang pada zamannya. Pelayanan yang berkualitas dan fasilitas yang lengkap membuatnya menjadi tempat menginap yang populer bagi warga lokal dan juga para pelancong dari luar kota.
Namun, setelah kemerdekaan Indonesia, Hotel Schwartz mengalami perubahan nama dan fungsi. Hotel ini sempat berganti nama menjadi Hotel Musi. Perubahan nama ini mungkin merupakan bagian dari usaha penyesuaian dengan semangat kemerdekaan yang baru diraih oleh Indonesia.
Sayangnya, pada perkembangannya, Hotel Schwartz atau Hotel Musi tidak berlanjut sebagai hotel dan tidak lagi menjadi destinasi perhotelan yang terkenal. Bangunan ini kemudian mengalami perubahan fungsi dan saat ini digunakan sebagai kantor Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKSDM) di Kota Palembang.
Selain Hotel Schwartz, ada juga Hotel Smit yang menjadi bagian dari sejarah perhotelan di Palembang. Sayangnya, Hotel Smit tidak lagi berdiri karena telah dirobohkan dan digantikan oleh bangunan lain, seperti kantor pajak madya Palembang.
Jejak sejarah kedua hotel ini adalah bukti nyata dari perkembangan Kota Palembang selama berabad-abad. Meskipun bangunan-bangunan ini mungkin telah berubah fungsi atau bahkan hilang dari pemandangan, mereka tetap menjadi bagian penting dari warisan sejarah dan budaya kota ini.