Jika Anda pernah mengunjungi Kota Palembang, kemungkinan besar Anda telah melintasi Jembatan Ogan yang menghubungkan Kecamatan Seberang Ulu II dan Kecamatan Kertapati. Jembatan yang khas dengan warna kuning dan bentuk lengkungnya ini ternyata memiliki sejarah yang sangat kaya.
Jembatan Ogan dibangun pada tahun 1939 dan awalnya diberi nama Jembatan Wilhelmina. Arsitek yang merancang jembatan ini adalah Berken Bosch. Namun, sejarah jembatan ini seperti sebuah misteri yang penuh intrik. Banyak yang menduga bahwa penjajah Belanda saat itu berencana untuk membawa jembatan ini kembali ke Belanda.
Jembatan Ogan dianggap sebagai lokasi vital yang digunakan sebagai rute lalu lintas bagi pasukan dan kendaraan perang selama berbagai pertempuran, mulai dari pertempuran antara Belanda dan Jepang hingga perang lima hari lima malam. Bahkan saat Jepang menduduki wilayah tersebut, Belanda konon menghancurkan jembatan ini dalam upaya menghambat pergerakan pasukan Jepang.
Pada tahun 1956, jembatan ini mengalami renovasi dan sementara waktu menggunakan kayu sebagai penyangga. Renovasi tersebut didanai oleh pajak yang diambil dari petani karet, menunjukkan betapa pentingnya jembatan ini bagi masyarakat sekitar.
Cerita tentang Jembatan Ogan telah dicatat oleh sejarawan dan budayawan Sumatera Selatan, almarhum Djohan Hanafiah, yang menjelaskan betapa berartinya jembatan ini dalam sejarah Palembang.
Jembatan Ogan memiliki panjang sekitar 205,2 meter, yang pada masanya dianggap sebagai bangunan fenomenal. Sebelum dibangunnya Jembatan Ampera pada tahun 1965, Jembatan Ogan adalah salah satu jembatan terbesar di Sumatera Selatan.
Secara struktural, Jembatan Ogan Kertapati adalah jembatan yang kokoh dengan struktur beton bertulang. Meskipun memiliki bentang yang lebih pendek dan beban yang tidak terlalu berat, jembatan ini telah memainkan peran penting dalam konektivitas Palembang.
Untuk memastikan keberlangsungan Jembatan Ogan, kini jembatan ini telah diubah menjadi satu arah, hanya untuk kendaraan yang menuju dari Kecamatan Seberang Ulu II ke arah Kecamatan Kertapati. Kendaraan dari arah sebaliknya dapat melintas melalui Jembatan Ogan II, yang dibangun pada tahun 1994 dengan menggunakan konstruksi baja Australia. Jembatan Ogan II memiliki panjang sekitar 231,6 meter dan lebar tujuh meter dengan lima bentang.
Sebelum Jembatan Musi II dibangun di daerah Keramasan, Jembatan Ogan merupakan satu-satunya jalan yang menghubungkan Kawasan Seberang Ulu II dengan Kertapati, Palembang. Ini adalah jalur penting bagi kendaraan yang ingin keluar atau masuk ke Kota Palembang.
Selain menjadi jalur vital, Jembatan Ogan juga memiliki nilai sejarah yang kuat dan menjadi objek wisata menarik. Banyak orang yang datang ke jembatan ini untuk berfoto, mengabadikan momen mereka dengan latar belakang Sungai Ogan yang indah. Rumah-rumah rakit yang dimiliki oleh warga sekitar masih terlihat di sepanjang Sungai Ogan, menambah pesona alami tempat ini.
Jadi, ketika Anda berkunjung ke Palembang, jangan lewatkan kesempatan untuk mengunjungi Jembatan Ogan. Anda akan merasakan sejarahnya yang kaya dan menikmati pemandangan sungai yang menakjubkan. Jembatan Ogan adalah simbol historis dan keindahan Sungai Ogan yang patut untuk dinikmati.