Museum Tekstil Sumatera Selatan: Bangunan Bersejarah Bergaya Kolonial di Palembang

Museum Tekstil Sumatera Selatan. (sumber: beritasatu.com)

Jl. Merdeka No 9, Talang Semut, Kecamatan Bukit Kecil, Palembang, memiliki sebuah bangunan bersejarah yang berwarna putih. Arsitektur bangunan ini dengan jelas mencerminkan era kolonial Belanda yang sudah lama berlalu. Kini, bangunan tersebut menjadi Museum Tekstil Sumatera Selatan (Sumsel), yang mengoleksi segala hal yang berhubungan dengan sejarah pakaian dan tekstil di Sumsel.

Bangunan museum ini terletak di tengah-tengah pusat Kota Palembang dan berdiri di atas lahan seluas 2.000 meter persegi. Konstruksinya dimulai pada tahun 1883. Pada masa penjajahan kolonial Belanda, bangunan ini digunakan sebagai Kantor Gubernur Pemerintahan Hindia Belanda di wilayah Sumatera Bagian Selatan.

Namun, setelah Indonesia merdeka dan penjajah Belanda pergi, bangunan ini menjadi aset Pemerintah Provinsi Sumsel. Selama bertahun-tahun, bangunan ini telah berfungsi sebagai kantor berbagai instansi pemerintahan, termasuk Kantor Inspektorat Kehakiman, Rumah Dinas Kejaksaan Tinggi Sumsel, Rumah Dinas Ketua DPRD Sumsel, dan Kantor Pembantu Gubernur Sumsel. Pada beberapa saat, gedung ini bahkan menjadi kantor Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Cabang Palembang sementara menunggu pembangunan kantor mereka di Jl. Merdeka selesai.

Gedung Museum Tekstil Sumsel memiliki arsitektur campuran antara gaya Eropa klasik dan unsur-unsur bangunan Indonesia. Di depan gedung, terdapat sebuah meriam kuno yang menjadi salah satu peninggalan bersejarah. Sekitar bangunan, terdapat juga patung sepasang suami istri yang mengenakan pakaian adat Sumsel.

Museum ini terdiri dari dua bangunan utama. Yang pertama adalah bangunan yang digunakan sebagai museum dan tempat koleksi disimpan dan dipamerkan. Koleksi museum sebagian besar berfokus pada kain songket khas Palembang beserta alat tenunnya serta batik khas Palembang.

Bangunan kedua, yang lebih kecil, terletak di belakang gedung utama dan difungsikan sebagai sarana untuk membatik. 

Pada tahun 2011, bangunan ini sempat menjadi pusat perhatian karena ada rencana untuk mengubahnya menjadi hotel yang akan diberi nama Palembang Heritage Hotel. Namun, rencana ini mendapat penolakan keras dari seniman dan mahasiswa setempat. Akibatnya, rencana tersebut akhirnya dibatalkan.

Pemerintah Provinsi Sumsel kemudian secara resmi menjadikan bangunan Museum Tekstil sebagai cagar budaya yang harus dilestarikan dan dirawat. Saat ini, bangunan ini sering digunakan untuk mengadakan pameran kebudayaan dan berbagai bazar. 

Museum Tekstil Sumatera Selatan adalah bukti hidup dari warisan kolonial Belanda yang masih memengaruhi kehidupan kota Palembang saat ini. Bangunan ini bukan hanya menjadi penjaga sejarah, tetapi juga tempat yang bermakna bagi warga Palembang dan pengunjungnya.

Share:

Jumlah Pengunjung

Populer